Korban Tewas Gempa Myanmar Tembus 3.649 Jiwa, Junta Tetap Rencanakan Pemilu Nasional

YANGON — Jumlah korban jiwa akibat gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025 terus bertambah. Hingga Rabu (9/4/2025), tercatat 3.649 orang meninggal dunia, menurut laporan dari Xinhua News.
Selain itu, lebih dari lima ribu orang dilaporkan mengalami luka-luka, sementara 145 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Gempa tersebut menjadi bencana alam paling mematikan di Myanmar dalam satu dekade terakhir.
Dampak gempa turut dirasakan hingga ke negara tetangga, Thailand. Sebuah gedung pencakar langit yang masih dalam tahap konstruksi di Bangkok runtuh akibat guncangan gempa.
Menurut laporan The Bangkok Post, jumlah korban jiwa di Thailand kini mencapai 22 orang, dengan 72 lainnya belum ditemukan.
Meski negara masih dalam kondisi darurat kemanusiaan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Myanmar yang berada di bawah kontrol junta militer tetap menegaskan komitmennya untuk menyelenggarakan pemilihan umum nasional pada akhir 2025 atau awal tahun 2026.
Pernyataan itu disampaikan kembali oleh KPU pada Selasa lalu, seperti dikutip dari The Irrawaddy, media independen yang berbasis di Thailand dan dijalankan oleh warga Myanmar di pengasingan.
KPU Myanmar juga mengimbau kepada masyarakat atau kelompok yang ingin mendirikan partai politik baru agar mengajukan pendaftaran paling lambat 9 Mei 2025.
Hal ini menjadi bagian dari persiapan menuju pemilu yang telah lama dijanjikan oleh junta sejak mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada 2021.
Kepala junta Jenderal Senior Min Aung Hlaing sebelumnya menyampaikan bahwa pemilu akan digelar pada bulan Desember 2025 atau paling lambat Januari 2026.
Pernyataan ini disampaikan di tengah tekanan internasional yang menuntut pemulihan demokrasi di negara tersebut.
Sementara itu, upaya pencarian korban dan bantuan kemanusiaan di wilayah terdampak gempa terus dilakukan, meskipun menghadapi berbagai kendala, termasuk akses yang sulit dan infrastruktur yang rusak berat.
Organisasi kemanusiaan internasional menyerukan peningkatan bantuan ke Myanmar, mengingat tingginya angka korban dan risiko bencana susulan. []
Nur Quratul Nabila A