Korut Latih Brigade Kimia, Siapkan Serangan Pra-konflik

PYONGYANG — Di balik retorika terbuka tentang kekuatan nuklirnya, Korea Utara terus menjalankan pengembangan senjata kimia secara sistematis dan terselubung.
Pengelolaan senjata-senjata tersebut berada dalam pengawasan Biro Pertahanan Nuklir-Kimia (NCDB), unit khusus di bawah Departemen Staf Umum Angkatan Darat Korea Utara.
Unit ini diketahui mengoperasikan tujuh brigade senjata kimia yang tersebar di seluruh negeri. Masing-masing memiliki tugas ganda—mulai dari menjalankan serangan kimia, melakukan dekontaminasi, hingga perlindungan personel.
Dalam setiap latihan lapangan yang rutin digelar dua kali setahun pada musim panas dan musim dingin, personel unit ini menggunakan masker gas dan pakaian pelindung khusus.
“Selama beberapa latihan evaluasi, mereka menggunakan agen kimia asli ketika pihak berwenang memeriksa kemampuan tempur mereka,” ungkap sumber yang memahami operasional militer Korea Utara.
Upaya kerahasiaan dilakukan secara ekstrem. Semua perlengkapan pelindung seperti masker dan pakaian yang digunakan dalam latihan dibakar setelah digunakan. Keamanan di sekitar markas unit kimia juga dijaga secara ketat, seolah menjadi benteng rahasia negara.
Tidak hanya dalam pelatihan, Korea Utara juga telah menyiapkan skenario nyata untuk penggunaan senjata kimia secara preemptif.
Rencana ini melibatkan peluncuran senjata kimia 48 jam sebelum konflik pecah, dengan sasaran utama fasilitas strategis Korea Selatan seperti Gedung Biru, markas militer garis depan, dan lapangan udara.
Dalam doktrin tempurnya, Korea Utara telah merancang serangan presisi menggunakan peluru artileri dan rudal yang dilengkapi hulu ledak kimia.
“Korea Utara telah menyelesaikan uji coba peluncuran rudal balistik yang membawa senjata kimia,” kata sumber tersebut. “Korea Utara juga sedang bersiap untuk mengerahkan senjata kimia dengan beberapa unit garis depan.”
Struktur pengembangan senjata kimia Korea Utara dirancang untuk membatasi kebocoran informasi. Prosesnya dibagi menjadi beberapa institusi spesifik: penelitian dan pengembangan berada di bawah Akademi Ilmu Pertahanan Nasional, persetujuan senjata ditangani oleh Biro Umum Peralatan Kementerian Pertahanan, dan pengoperasian langsung berada di bawah NCDB.
“Penelitian, produksi, persetujuan, dan operasi dipisahkan secara ketat, tetapi semua lembaga bekerja sama,” jelas sumber tersebut.
“Semua ini terjadi di bawah arahan partai.”
Sebagian besar pabrik yang memproduksi senjata kimia terletak di daerah dataran tinggi seperti Hamhung, Hungnam, Sinpo, Munchon, dan Kanggye.
Untuk menyembunyikan aktivitas sebenarnya, fasilitas ini menyamar sebagai pabrik pupuk, pestisida, dan farmasi. Akses menuju fasilitas pun dibatasi dengan sistem tiket sekali pakai yang terenkripsi dan diperbarui setiap tiga bulan.
Antara tahun 2022 hingga 2024, Korea Utara memperluas sistem pencampuran presisi dan otomatisasi lini produksi, yang secara drastis meningkatkan efisiensi produksi senjata kimia mereka.
“Korea Utara secara terbuka membanggakan senjata nuklirnya, tetapi diam-diam telah dengan cepat mengembangkan senjata kimia yang lebih senyap dan mematikan,” ujar sumber itu. “Secara internal, Korea Utara terus-menerus menekankan bahwa mereka telah mempersiapkan banyak ancaman tak terlihat,” imbuhnya.
Salah satu contoh nyata dari penggunaan senjata kimia oleh Korea Utara adalah pembunuhan Kim Jong Nam pada 2017 dengan gas saraf VX.
Kejadian ini disebut oleh otoritas internal Pyongyang sebagai “keberhasilan operasional yang presisi dan rahasia.” Kini, Korea Utara dilaporkan sedang mengembangkan senjata biokimia generasi baru yang mampu melumpuhkan musuh tanpa membunuhnya.
Dengan langkah yang nyaris tak terlihat dunia luar, Korea Utara menyiapkan perangkat senjata senyap yang berpotensi mematikan secara luas, menempatkan ancaman senjata kimia sejajar dengan kekuatan nuklir dalam arsitektur militernya. []
Nur Quratul Nabila A