Krisis Listrik Berkelanjutan
listrikJIKA para pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero di sejumlah daerah masih sering mengalami pemadaman listrik bergilir, itu berarti krisis listrik masih berlangsung. Kasarannya, krisis berkelanjutan. Bagaimana tidak, perencanaan demi perencanaan hanya memberi harapan palsu, krisis listrik tak kunjung sirna. Pembangkit listrik yang diharap jadi solusi, jauh dari kata beroperasi dengan baik. Ini belum berbicara penambahan jaringan baru di pelosok daerah.
Daya mampu pasokan tenaga listrik di Kaltim saat ini 348 megawatt (Mw) dari tujuh sistem. Namun demikian, belum mengakomodasi beban puncak yang mencapai 429,53 Mw dan menyisakan defisit 81,53 Mw. Hanya hingga tahun 2018, Kaltim setidaknya dapat tambahan 795 Mw dari sepuluh proyek pembangkit yang bergulir.
Data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI yang diterima Kaltim Post, tercatat dari tujuh sistem pemasok tenaga listrik di Kaltim (per Januari 2014), dua sistem masih defisit. Empat di antaranya surplus, sedangkan satu sisanya pas-pasan. Namun demikian, dari sisi daya, pasokan listrik justru lebih besar defisit.
Sistem Mahakam, yang melayani Samarinda, Balikpapan, dan sebagian Kutai Kartanegara (Kukar), tercatat sebagai sistem tertinggi di provinsi ini. Kapasitas terpasang mencapai 410,10 Mw dengan daya mampu 250,42 Mw. Namun, beban puncak sistem ini mencapai 335,07 Mw. Sehingga, defisit tercatat mencapai 84,65 Mw. Sedangkan Sistem Bontang yang juga defisit, memiliki kapasitas terpasang 30,39 Mw dengan daya mampu 20,00 Mw.
Beban puncak sistem ini 20,80 Mw, sehingga menyisakan defisit 0,80 Mw. Dibandingkan sistem lain, surplus tertinggi hanya 2,15 Mw di Sistem Tanjung Redeb. Lalu, Sistem Tanah Grogot surplus 1,05 Mw dari daya mampu 15,10 Mw, Sistem Melak surplus 0,37 Mw dari daya mampu 9,98 Mw, dan Sistem Petung surplus 0,35 Mw dari daya mampu 14,90 Mw.
Sedangkan Sistem Sangatta, pas-pasan dengan daya mampu 18,25. Meski tak defisit, sistem ini juga dapat tinta merah karena tak punya cadangan. Masih berdasarkan data Kementerian ESDM, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2013-2022 mencatat sepuluh proyek penambahan pembangkit listrik mengemuka di Benua Etam.
Dua di antaranya dikembangkan PLN, enam proyek oleh swasta, dan dua tersisa belum diketahui. Kesepuluh pembangkit listrik ini memiliki total kapasitas 795 Mw. Adapun estimasi Commercial Operation Date (COD) dimulai tahun ini hingga 2018. Tiga di antaranya, diestimasi beroperasi tahun 2014, seperti proyek di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Teluk Balikpapan dengan kapasitas 2×110 Mw.
Proyek ini bahkan masuk kategori Fast Track Program (FTP) 1. Ada pula PLTU di Tanjung Redeb dengan kekuatan 2×7 Mw dan ekspansi PLTU Embalut sebesar 50 Mw. Pembangkit listrik berkekuatan besar yang juga diupayakan menambah pasokan listrik, adalah proyek PLTU Kaltim 2 dengan kapasitas 2×100 Mw. Estimasi COD pembangkit ini adalah 2017 atau 2018. Demikian pula PLTU Kaltim 4 dengan kapasitas 100 Mw pada 2018.
Selain itu, PLTG/MG/GU Kaltim Peaker 2 berkapasitas 100 Mw ditarget beroperasi 2016. General Manager (GM) PLN Kaltim-Kaltara (Kaltimra) Machnizon Masri mengatakan, kondisi listrik di Kaltim saat ini, sesuai dengan pemberitaan-pemberitaan sebelumnya. Dia sekata dengan Manajer PLN Area Samarinda Ismail Deu yang dalam berita sebelumnya mengatakan keberadaan pembangkit listrik nge-press.
Dengan demikian, begitu satu pembangkit mesti menjalani pemeliharaan, pemadaman bergilir tak terhindarkan karena tak ada pembangkit cadangan. โDan, saya lihat memang demikian kondisinya,โ ucapnya kepada wartawan, belum lama ini (21/6).
Adapun disinggung soal PLTG Senipah yang mengalami kerugian karena Rp 2 miliar per bulan, Masri enggan mengomentari. Dia merasa perlu melihat kontrak proyek tersebut.
Kendati demikian, dipertanyakan mengapa PLTG ini sudah mengalami kerugian sedangkan belum beroperasi. Diberitakan kemarin, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kaltim Amrullah mengatakan, pemprov mendorong pembangkit PLN terus terealisasi di Kaltim. Rasio elektrifikasi Kaltim masih 68 persen. Dengan demikian, masih ada 32 persen yang belum terjangkau.
Distamben pun mengembuskan angin surga. Defisit disebut bakal tertutupi seiring beroperasinya beberapa pembangkit tenaga listrik. Misalnya, PLTU Kariangau dengan daya 2×100 Mw, ditarget memasuki COD September mendatang. Ada pula PLTG Senipah 2×41 MW, juga ekspansi CFK (Cahaya Fajar Kaltim) di PLTU Embalut. Selain itu, bergulir wacana pendirian PLTU dari perusahaan tambang di Paser berukuran 2×100 Mw.
Dukungan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) terhadap rencana ini pun sedang dikejar. Selain di Paser, pembangkit listrik serupa di Maloy, Kutai Timur, juga bakal dibangun. Dari setiap pembangkit yang bakal beroperasi, dipastikan Kaltim tak kekurangan energi. Bahkan, diperkirakan pada 2028 kebutuhan batu bara di Kaltim mencapai 78 juta ton untuk memasok seluruh pembangkit listrik.
Selain perusahaan tambang, pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan juga tengah dijajaki. Saat ini didorong pendirian pembangkit listrik menggunakan limbah sawit oleh perusahaan perkebunan. Pembangkit listrik ini ditujukan bagi kebutuhan listrik desa-desa di Kaltim dengan kekuatan 32 Mw. Pemprov mendorong pula perusahaan sawit dan tambang membangun pembangkit. Dengan demikian, listrik desa 100 persen terwujud pada 2017, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kaltim. []ย RedHP/KP