Krisis Perumahan di Spanyol: Ratusan Pekerja Bermalam di Bandara Akibat Tak Mampu Bayar Sewa

SPANYOL — Krisis perumahan yang melanda Spanyol semakin memprihatinkan. Di ibu kota Madrid dan kota besar lainnya seperti Barcelona, ratusan orang terpaksa bermalam di bandara karena tak mampu membayar sewa hunian.
Ironisnya, sebagian dari mereka sebenarnya memiliki pekerjaan tetap.
Salah satu yang terdampak adalah Victor Fernando Meza (45), warga asal Peru yang bekerja di Madrid. Pendapatannya sebagai pekerja harian tidak mencukupi untuk menyewa tempat tinggal di kota tersebut.
Setiap malam sebelum pukul 21.00 waktu setempat, ia sudah harus berada di Bandara Barajas agar dapat melewati pemeriksaan keamanan dan menginap di dalam terminal.
“Yang kami inginkan hanyalah diperlakukan sebagai manusia, bukan seperti binatang,” ujar Meza kepada AFP, dikutip Selasa (3/6/2025).
Ia juga mengkritik kebijakan baru bandara yang membatasi akses bagi mereka yang tidak memiliki tiket penerbangan.
Peraturan tersebut diterapkan oleh pengelola bandara, Aena SA, sejak akhir Mei lalu sebagai respons atas meningkatnya jumlah tunawisma yang tidur di bandara.
Langkah ini menuai kritik dari para pekerja berpenghasilan rendah yang tidak memiliki alternatif tempat tinggal.
Meza bukan satu-satunya. Zow, pria 62 tahun asal Mali yang bekerja di sektor konstruksi, juga mengaku tidur di Bandara Barcelona.
“Saya tidak suka tidur di sini. Mengerikan. Semua orang memandang kami dengan jijik,” ucapnya.
Kenaikan harga sewa hunian disebut menjadi pemicu utama krisis ini. Menurut situs real estat Idealista, harga sewa apartemen seluas 60 meter persegi di Madrid kini mencapai rata-rata €1.300 per bulan, nyaris dua kali lipat dari angka sebelumnya yang berada di kisaran €690. Sementara itu, pasokan perumahan sosial di kota-kota besar Spanyol sangat terbatas.
Survei yang dilakukan organisasi amal Katolik menunjukkan, pada Maret 2025 terdapat 421 orang yang tidur di area publik Bandara Madrid. Lebih dari setengahnya telah tinggal di bandara selama lebih dari enam bulan. Yang mengejutkan, 38% di antaranya ternyata memiliki pekerjaan formal.
Di tengah memburuknya situasi, pengelola bandara, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat justru saling menyalahkan. Aena SA menegaskan bahwa tanggung jawab terhadap kelompok rentan berada di tangan pemerintah daerah.
Sebaliknya, Wali Kota Madrid Jose Luis Martinez-Almeida menyatakan bahwa Aena berada di bawah kendali pemerintah pusat, dan sebagian besar warga yang terdampak adalah pendatang asing yang seharusnya berada di bawah perlindungan sistem nasional.
“Perawatan sosial primer merupakan tanggung jawab pemerintah daerah,” ujar Aena dalam pernyataannya.
Di tengah ketegangan tersebut, kedua belah pihak akhirnya menyepakati untuk menyewa konsultan independen guna memetakan dan membuat profil sosial para penghuni sementara di bandara.
Hasil studi ini dijadwalkan selesai pada akhir Juni 2025, dan diharapkan menjadi dasar bagi penanganan krisis yang lebih terstruktur dan manusiawi.
Fenomena ini menjadi sorotan internasional dan mencerminkan dampak sistemik krisis perumahan yang tidak hanya menyasar kelompok marginal, tetapi juga masyarakat pekerja yang berkontribusi terhadap perekonomian negara. []
Nur Quratul Nabila A