Lebih dari 100 Bayi Prematur Gaza Terancam Tewas Akibat Krisis Bahan Bakar

GAZA — Lebih dari 100 bayi prematur di Jalur Gaza terancam meninggal dunia dalam waktu dekat akibat krisis bahan bakar yang makin memburuk, menyusul blokade ketat yang diberlakukan oleh Israel sejak Maret lalu.

Situasi darurat ini diumumkan oleh dua rumah sakit utama di Gaza, yakni RS Al-Shifa di Gaza Utara dan Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, pada Rabu (9/7/2025).

Direktur RS Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiyah, mengatakan bahwa keberlangsungan hidup bayi-bayi prematur tersebut sangat bergantung pada alat bantu pernapasan dan inkubator yang membutuhkan pasokan listrik konstan.

“Rumah sakit tanpa oksigen bukan lagi rumah sakit. Laboratorium dan bank darah akan tutup. Kantong darah akan rusak,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Kondisi krisis ini memaksa RS Al-Shifa menghentikan layanan cuci darah demi mengalihkan energi listrik terbatas ke unit perawatan intensif (ICU) dan ruang operasi.

Sementara itu, RS Kompleks Medis Nasser juga menghadapi keterbatasan yang ekstrem, hanya memiliki 3.000 liter bahan bakar, padahal kebutuhan harian mencapai 4.500 liter.

Juru bicara RS Nasser, Mohammed Sakr, menjelaskan bahwa para dokter harus tetap melakukan operasi dalam kondisi tanpa listrik dan tanpa pendingin udara. Kondisi ruangan yang panas mengakibatkan keringat staf medis menetes ke luka pasien, meningkatkan risiko infeksi pascaoperasi.

“Kami berpacu dengan waktu. Rumah sakit bisa berubah menjadi kuburan jika bahan bakar tidak segera masuk,” kata Sakr.

Direktur RS Lapangan Gaza, Marwan Al-Hams, menyatakan bahwa puluhan bayi prematur bisa meninggal dalam waktu dua hari jika tidak ada pasokan bahan bakar yang masuk.

Hal senada disampaikan oleh juru bicara UNICEF, James Elder, yang menegaskan bahwa kemampuan tenaga medis yang luar biasa tidak akan cukup tanpa dukungan logistik seperti obat-obatan dan bahan bakar.

“Bisa saja tenaga medisnya luar biasa, tapi tanpa listrik dan oksigen, mustahil menyelamatkan nyawa,” ucap Elder.

Blokade Israel terhadap Jalur Gaza telah berlangsung selama lebih dari empat bulan. Meski ada bantuan makanan yang sempat diizinkan masuk, Israel tetap melarang distribusi bahan bakar.

Hal ini menyebabkan rumah sakit harus melakukan penjatahan ketat, ambulans berhenti beroperasi, dan sistem air nyaris lumpuh.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), kondisi saat ini mengarah pada peningkatan tajam angka kematian dalam beberapa hari ke depan jika bahan bakar tidak segera diizinkan masuk.

Data otoritas Gaza mencatat, sejak Oktober 2023 hingga kini, lebih dari 57.000 orang tewas dan 136.000 lainnya luka-luka akibat agresi militer dan dampak blokade yang terus berlanjut. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *