Legislator Kaltim: Pendidikan Perlu Konteks Sosial Budaya Lokal

ADVERTORIAL – Sistem pendidikan nasional dinilai belum sepenuhnya memberikan ruang bagi karakter dan potensi lokal dalam proses pembelajaran. Hal itu menjadi sorotan Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur, Agusriansyah Ridwan, saat menerima audiensi mahasiswa asal Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Selasa (08/07/2025).
Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Gedung D lantai 1 DPRD Kaltim, Samarinda, Agusriansyah menekankan bahwa kebijakan pendidikan di Indonesia perlu lebih kontekstual dan berpijak pada potensi masing-masing daerah.
“Pendidikan di setiap wilayah idealnya dibangun dengan pendekatan kultur dan potensi lokal. Karena mereka yang dididik itulah nantinya yang akan bekerja dan membangun wilayahnya sendiri. Maka, kearifan lokal harus menjadi pijakan utama,” ujarnya.
Agusriansyah, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PKS DPRD Kaltim, mengungkapkan bahwa penyusunan kurikulum yang tidak mempertimbangkan kondisi sosial dan sumber daya lokal menyebabkan kesenjangan antara lulusan pendidikan dan kebutuhan nyata di lapangan. Ia mendorong agar pemerintah daerah berani mengambil inisiatif dalam mendorong muatan lokal ke dalam kurikulum pendidikan, seperti pengenalan budaya, sejarah, dan potensi ekonomi berbasis sumber daya alam setempat.
Ia menilai bahwa model pendidikan berbasis lokal tidak hanya mampu menjaga kekayaan budaya, tetapi juga menjadi strategi mempercepat pembangunan daerah secara mandiri. Menurutnya, pendekatan ini akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga relevan dengan tantangan dan kebutuhan daerah masing-masing.
“Pendekatan sumber daya alam sekitar itu menjadi orientasi pendidikan di setiap wilayah, karena kemungkinan besar mereka akan bekerja dan membangun sesuai kearifan lokal,” tutupnya.
Agusriansyah juga menyatakan bahwa dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, masyarakat harus ditempatkan sebagai subjek utama pembangunan. Pendidikan yang sensitif terhadap konteks lokal dinilai menjadi jalan penting menuju kemandirian daerah, terutama di wilayah yang selama ini kurang tersentuh oleh kebijakan nasional yang bersifat seragam.[]
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum