Lima Anggota Ormas Penyandera Pegawai BOT Finance Jadi Tersangka

SURABAYA – Kasus dugaan penyekapan terhadap seorang pegawai BOT Finance di Surabaya akhirnya menemui titik terang.

Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya menetapkan lima orang anggota organisasi masyarakat (ormas) sebagai tersangka dalam peristiwa tersebut.

Kelima tersangka diduga kuat melakukan tindakan ancaman kekerasan terhadap korban selama dalam penyekapan.

Peristiwa ini menuai sorotan luas setelah video dugaan penculikan tersebut viral di media sosial.

“Setelah pemeriksaan dan ditemukan bukti dalam video, yang bersangkutan (pelaku) melakukan ancaman kekerasan terhadap korban,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Edy Herwiyanto kepada awak media, Jumat (18/7/2025).

Edy menjelaskan, para pelaku diduga berupaya memaksa korban untuk menyerahkan sebuah unit kendaraan yang sebelumnya telah disita secara resmi oleh perusahaan pembiayaan tempat korban bekerja, yakni BOT Finance.

Tindakan itu terjadi tanpa dasar hukum yang jelas, mengingat kelima pelaku bukanlah pihak yang memiliki hubungan sah atas kendaraan tersebut.

“Sedangkan lima orang tersebut sebenarnya juga bukan sebagai pemilik kendaraan tersebut. Sehingga dia tidak ada hubungan hukum antara korban dengan BOT Finance,” jelas Edy.

Menurut informasi sementara, aksi ini diduga berkaitan dengan seorang debitur yang mengalami kredit macet dan kemudian meminta bantuan dari ormas untuk mengambil alih penyelesaian masalahnya secara nonformal.

Dalam kasus ini, Edy menegaskan bahwa perbuatan para tersangka mengarah pada tindakan premanisme.

Selain melakukan kekerasan, para pelaku disebut membuat perasaan tidak nyaman pada korban. Mereka kini dijerat dengan pasal ancaman pidana di atas lima tahun penjara.

“Atas kejadian tersebut, lima pelaku ditetapkan sebagai tersangka, yaitu membuat perasaan tidak enak dan melakukan pengeroyokan. Dengan ancaman di atas lima tahun (penjara),” ujarnya.

Polisi saat ini juga sedang mendalami peran pihak kreditur yang disebut-sebut dalam laporan tersebut, guna memastikan apakah ada keterlibatan langsung atau pemberian kuasa terhadap ormas yang kini menjadi tersangka.

“Kita tanya, apakah saudara mendapat kuasa korban, apakah sudah kenal dengan korban, (jawabannya) juga tidak. Sehingga kita anggap tidak ada hubungan hukum dan juga bentuk premanisme,” tegas Edy.

Sementara itu, video yang menjadi titik awal pengungkapan kasus ini sempat diunggah akun Instagram @jktnewss. Dalam rekaman tersebut, terlihat sejumlah pria berdiskusi dengan seseorang berkemeja putih di dalam sebuah ruangan.

Tak lama, korban tampak diajak keluar dan dibawa masuk ke dalam sebuah mobil oleh kelompok itu. Lokasi tujuan mobil itu tidak diketahui hingga saat ini.

“Korban dibawa paksa ke dalam mobil oleh beberapa pria, dan hingga kini belum diketahui keberadaannya. Pihak manajemen dan keluarga korban mendesak aparat untuk segera bertindak,” tulis akun tersebut dalam unggahannya.

Peristiwa ini memunculkan pertanyaan publik mengenai sejauh mana keamanan aparat dalam melindungi warga sipil dari tindakan sepihak kelompok tertentu.

Sejumlah pihak berharap agar penyelidikan tidak berhenti pada pelaku lapangan, tetapi juga menelusuri siapa aktor intelektual yang berada di balik aksi penyekapan tersebut. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *