M.Nuh dan Anak Haritanoe

Pada awalnya orang banyak tidak mengenal siapakah M.Nuh, sosok yang menjadi pemenang lelang motor gesit bertanda-tangan Jokowi.

Namun, setelah menjadi pemenang lelang motor bertanda tangan Presiden Jokowi, senilai 2,55 Miliar Rupiah. M. Nuh menjadi orang penting dan sangat dicari-cari, paling tidak untuk mengetahui siapa sosok M. Nuh sebenarnya.

Adalah konser musik peduli Covid-19 yang digelar oleh BPIP-MPR dan BNPB dan dihadiri oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo dan sejumlah elite pejabat negeri dengan moderator Choki Sihotang dan Andi F Noya serta Wanda Hamidah, yang bertugas menerima penelpon peserta lelang, Minggu (17/5).

Meski awalnya menuai kecaman, Konser yang menghadirkan artis papan atas dan bimbo ini, memutuskan M.Nuh adalah pemenang lelang motor bertandatangan Presiden Jokowi, tetap berjalan.

“Kami sudah memverifikasi 2 kali dan sudah menghubungi M.Nuh,  beliau sangat mengharapkan untuk memenangkan lelang ini,” kata Wanda hamidah dalam proses lelang tersebut.

Dalam Ilmu jurnalistik, kita mengenal apa yang disebut dengan _cross chek and balance_ yaitu aktifitas wartawan yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan berita dan kebenaran berita.

Alhasil, wartawan wilayah Jambi tanpa diperintah siapapun langsung melakukan pengecekan lapangan dan  ke aparat setempat, hingga mencari tempat tinggal M. Nuh di Kampung Manggis, kelurahan Sei Asam, Pasar Kota, Jambi.

Hasilnya mencengangkan, ternyata M. Nuh bukanlah seorang pengusaha tapi hanya buruh harian lepas atau biasa bekerja sebagai seorang buruh bangunan.

Dalam sebuah wawancara TV Lokal, Camat Pasar Kota Jambi, Mursidah mengaku pihaknya sudah mengecek berulang-ulang terkait M. Nuh.

“Itulah kami yang pening pala, lah tegilo-gilo jadinyo. Tau dewek, kampung itu dihuni warga menengah kebawah dan sudah dicari, dak katek, namo M.Nuh pengusaha,,” ujar Camat Pasar kota Jambi.

Dalam kondisi seperti ini, penulis tidak melihat adanya _Cross and chek balance_ yang dilakukan oleh panitia lelang. Penulis juga tidak melihat adanya validitasi data akurat dalam lelang ini, terkesan konser musik peduli Covid hanya dilakukan untuk tujuan menghibur, jika tidak mau dibilang menghabiskan anggaran.

Aktivitas yang menggunakan anggaran negara dalam kondisi Covid-19 seperti ini seharusnya dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan Even organizer yang berkualitas dan tidak terkesan asal-asalan atau hanya mencari keuntungan sepihak.

Saran penulis, BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila)  harusnya meminta pertanggung jawaban even organizer karena _output_ konser musik peduli Covid-19 yang amburadul dan meminta permohonan maaf secara terbuka.

Polisi juga seyogyanya tidak perlu reaktif dan apalagi melakukan penahanan terhadap M. Nuh karena kesalahan sebenarnya adalah tidak dilakukan Verfikasi data valid dan _Cros chek balance_ yang harusnya menjadi tugas panitia lelang atau even organizer acara.

Namun, BPIP kini agak bernafas lega karena akhirnya anak pengusaha dan Juga anak Ketua Umum Partai Perindo, Warren Tanoesudibyo terpilih sebagai pemenang lelang.

M.Nuh memang bukan siapa-siapa dibanding Warren Tanoesudibyo, anak pengusaha dan pemilik media Harry Tanoesudibyo, yang berusia 19 tahun.

Tapi paling tidak, M.Nuh telah memberikan pembelajaran bagi kita semua, pentingnya _Cros chek and balance._

*Suhendra Atmaja*
Penulis adalah Dosen STIKOM InterStudi Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *