Maduro Sebut AS Cari-Cari Alasan untuk Konflik

JAKARTA – Hubungan antara Venezuela dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah Presiden Nicolas Maduro menuding Washington sengaja memicu ketegangan di kawasan Karibia. Ia menegaskan jalur komunikasi diplomatik kedua negara kini hampir terputus, menyusul rangkaian operasi militer AS yang dikategorikan Caracas sebagai bentuk agresi.
“Ini bukan ketegangan. Ini agresi di semua lini, ini agresi yudisial ketika mereka mengkriminalisasi kami, agresi politik dengan pernyataan ancaman mereka setiap hari, agresi diplomatik, dan agresi berkelanjutan yang berkarakter militer,” ujar Maduro dalam konferensi pers di Caracas, Senin (15/09/2025), yang turut dihadiri para petinggi militer.
Pernyataan keras itu muncul setelah operasi militer AS di Karibia selatan awal bulan ini menewaskan 11 orang dan menenggelamkan kapal Venezuela yang dituduh membawa narkotika. Washington beralasan kehadiran militernya untuk memberantas jaringan penyelundupan narkoba. Namun, Caracas menilai langkah tersebut hanya dalih untuk melegitimasi “serangan kriminal” terhadap Venezuela.
“Komunikasi dengan pemerintah AS telah dibuang, komunikasi tersebut telah dibuang oleh mereka dengan ancaman bom, kematian, dan pemerasan,” tambah Maduro.
Meski begitu, ia mengakui masih ada kontak terbatas antara kedua negara, terutama untuk memfasilitasi kepulangan warga Venezuela dari Amerika Serikat. Pemerintah Venezuela juga membantah tuduhan bahwa korban insiden laut tersebut merupakan bagian dari kelompok narkoba Tren de Aragua, seperti klaim Washington.
Situasi kian memanas ketika pemerintah Venezuela menuding kapal perusak AS secara ilegal menahan dan menduduki kapal penangkap ikan tuna di Zona Ekonomi Eksklusif Venezuela selama delapan jam pada akhir pekan lalu. Maduro menyebut tindakan tersebut sebagai bukti bahwa AS sedang mencari-cari insiden untuk memicu konflik terbuka.
Sementara itu, pemerintahan Presiden Donald Trump belum memberikan penjelasan rinci terkait operasi militer yang menewaskan warga sipil Venezuela. Beberapa anggota Kongres AS bahkan mendesak agar Gedung Putih segera memberikan klarifikasi resmi, mengingat operasi di Karibia berpotensi memperburuk ketidakstabilan regional.
Ketegangan terbaru ini semakin memperburuk relasi kedua negara yang sejak lama renggang akibat sanksi ekonomi, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, dan perebutan pengaruh di kawasan Amerika Latin. Pengamat menilai, terputusnya komunikasi diplomatik hanya akan meningkatkan risiko salah perhitungan militer yang dapat memicu krisis baru di Karibia. []
Diyan Febriana Citra.