Mahasiswa Malaysia Demo di Kedubes RI, Desak Bebaskan 400 Demonstran Jakarta

KUALA LUMPUR – Gelombang protes terhadap penahanan ratusan demonstran di Jakarta merambat hingga ke luar negeri.
Mahasiswa Malaysia turun ke jalan dan menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Kuala Lumpur pada Selasa (26/8/2025) malam.
Demonstrasi yang dipimpin Liga Mahasiswa Malaysia bersama sejumlah organisasi masyarakat sipil ini digelar sekitar pukul 20.30 waktu setempat.
Massa menuntut pembebasan hampir 400 orang yang ditangkap aparat saat unjuk rasa besar-besaran di depan Gedung DPR RI pada 25 Agustus.
Solidaritas lintas batas ini disuarakan melalui poster dan orasi. Beberapa mahasiswa terlihat mengangkat spanduk bertuliskan “Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia” dan “Tolak Kekerasan Aparat.”
Organisasi pemuda Mandiri.my menegaskan dukungan penuh kepada rakyat Indonesia.
“Di hadapan Kedutaan Indonesia, Kuala Lumpur. Mandiri berdiri teguh bersama ribuan rakyat Indonesia yang semalam dikhianati oleh rejim sendiri. Dari Malaysia ke Indonesia, musuh kita sama, kapitalisme & rejim yang menindas. Panjang umur perjuangan, nafas panjang perlawanan,” tulis akun Instagram @mandiri.my, Rabu (27/8/2025).
Koordinator aksi, Alya Hani Anwar, menyampaikan kekecewaannya terhadap tindakan represif aparat keamanan Indonesia.
“Solidaritas kami bersama rakyat Indonesia tidak mengenal batasan, demi memperjuangkan keadilan sosial, demokrasi tulen, dan kebebasan bersuara,” ujarnya.
Ia menilai, penggunaan kekerasan terhadap demonstran maupun jurnalis adalah bentuk pengkhianatan terhadap prinsip demokrasi.
“Kami menyatakan solidaritas tertinggi dan memohon agar kebebasan segera diberikan kepada mereka. Kami mengecam tindakan aparat polisi yang menggunakan kekerasan bukan saja kepada demonstran, tapi juga kepada jurnalis. Kami sifatkan tindakan ini sebagai satu bentuk pengkhianatan kepada prinsip demokrasi di Indonesia,” tegas Alya.
Dalam orasinya, Alya juga menyinggung substansi tuntutan aksi di Jakarta. Menurutnya, demonstrasi mahasiswa Indonesia pada 25 Agustus tidak semata soal kenaikan tunjangan DPR, melainkan aspirasi lebih luas mengenai reformasi tata kelola negara.
Unjuk rasa di depan DPR RI pada Senin (25/8/2025) dipicu keputusan pemerintah dan parlemen yang menyetujui kenaikan tunjangan rumah anggota DPR hingga Rp 50 juta per bulan.
Kebijakan ini dinilai kontras dengan kondisi ekonomi masyarakat serta janji Presiden Prabowo Subianto mengenai penghematan anggaran negara.
Kemarahan publik semakin memuncak karena jumlah tunjangan tersebut hampir sepuluh kali lipat dari upah minimum Jakarta.
Selain menolak kebijakan itu, massa juga menuntut pembatalan sejumlah regulasi kontroversial, termasuk aturan yang memperluas peran militer dalam pemerintahan.
Situasi aksi kian memanas ketika demonstran mencoba merobohkan barikade kawat berduri di sekitar gedung parlemen.
Aparat kemudian menembakkan gas air mata dan menyemprotkan meriam air untuk membubarkan massa. Insiden itu berujung pada penahanan sekitar 400 orang, termasuk mahasiswa, aktivis, dan warga sipil yang ikut berunjuk rasa.
Tiga Mahasiswa Malaysia menyatakan akan terus memantau perkembangan situasi di Indonesia. Mereka membuka kemungkinan menggelar aksi lanjutan bila tuntutan pembebasan ratusan demonstran tidak segera dipenuhi.
“Dari Malaysia, kami kirim pesan jelas bahwa perjuangan menuntut demokrasi tidak mengenal batas negara. Apa yang terjadi di Jakarta adalah cermin kegelisahan generasi muda terhadap ketidakadilan,” kata Alya.
Aksi solidaritas ini menambah daftar panjang perhatian internasional terhadap kondisi demokrasi di Indonesia.
Sebelumnya, beberapa organisasi hak asasi manusia di kawasan Asia Tenggara juga menyoroti cara aparat menangani demonstrasi besar yang menentang kenaikan tunjangan DPR.
Bagi mahasiswa Malaysia, isu yang terjadi di Indonesia bukan hanya persoalan domestik, melainkan bagian dari perjuangan global melawan praktik kekuasaan yang dianggap menindas.
“Selama ada rakyat yang ditindas, solidaritas akan selalu hidup,” pungkas Alya. []
Nur Quratul Nabila