Maut di Poros Samarinda-Bontang
SAMARINDA – Kecelakaan maut terjadi di Jalan Poros Samarinda – Bontang, Kalimantan Timur. Tepatnya di Kilo Meter 24, sebuah mobil pick up dan mini bus dari berlawanan arah, beradu kuat dan menyebabkan empat orang tewas seketika.
Jangan pernah sepelekan kondisi roda. Diduga pecah ban, bus Hino milik PT Indominco Mandiri membuat empat nyawa seketika melayang. Peristiwa mengerikan sekaligus memilukan itu terjadi di Kilometer 24 poros Samarinda-Bontang, Kampung Gunung Lai, Kelurahan Sungai Siring, Samarinda Utara.
Pagi kemarin (21/7), bus Hino dikemudikan Habi (30) berangkat dari Kilometer 10 Sangatta, Kutim. Membawa warga desa binaan PT Indominco, mereka hendak menghadiri buka bersama Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda. Menurut agenda, Gubernur berbuka bersama warga desa binaan PT Indominco.
Keterangan saksi menyebutkan, bus melaju dengan kecepatan tinggi ketika memasuki tikungan ke kiri di Kilometer 24, sekitar pukul 14.00 Wita. “Tiba-tiba terdengar letusan keras,” tutur Rio (25) warga yang berdiri tak jauh dari lokasi kejadian.
Diduga pecah ban, bus lalu menyerempet dua sepeda motor. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui pengemudi kedua kuda besi itu. Mereka ditengarai enggan menjadi saksi dan memilih meninggalkan lokasi.
Bus terus meluncur menuruni jalan selebar sekitar 6 meter dan memakan jalur berlawanan. Dari bawah, muncul Suzuki Carry yang dikendarai Fandy (33).
“Setelah itu, suara benturan sangat keras. Saya saja kaget,” terang Rio. Benturan yang tak seimbang membuat korban berjatuhan dari pihak pikap. Di kabin depan, Fandy yang hendak berjualan di pasar malam di Sungai Siring duduk bersama anaknya, Ridho (4), dan istrinya yang sedang hamil tiga bulan, Indah Wati (32). Di belakang, empat anak buah Fandy sedang menjaga satu ton pakaian yang akan dijual.
Pertemuan muka dengan muka gandaran membuat empat orang di bak belakang pikap terpental. Iwan (19), Oman (18), dan Tono (22), terlempar ke kaca bus dan tewas seketika. Sementara Ivan (21) selamat.
“Kami sedang ngobrol di belakang. Tiba-tiba bus datang. Pikap tidak sempat menghindar,” tutur Ivan ketika ditemui di ruang perawatan. Dia melihat tiga kawannya terpental ke kaca depan bus lalu menghantam atap, dan terjerembab ke aspal. Ivan selamat karena tak langsung menghantam kaca bus. Tubuhnya sempat menimpa salah seorang kawannya.
“Saya tak tahu tubuh siapa yang saya tindih,” lirihnya.
Di kabin depan, Fandy, sang sopir, tewas terjepit. Anak dan istrinya selamat dan dirawat Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD AW Sjahranie.
Rombongan pikap ini merupakan pedagang pasar malam. Mereka semua tinggal di Jalan Pemuda I, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang Dalam, Samarinda.
Adapun bus nahas mengangkut 15 penumpang. Namun, hanya sopir yang terjepit setelah tabrakan. Penumpang yang lain tidak mengalami luka-luka.
Baharudin (35), seorang penumpang bus mengaku, tak tahu persis peristiwa ini. “Saya sedang tidur. Terbangun ketika tabrakan,” ucapnya.
Selepas tabrakan, bantuan warga dan pengendara yang melintas berdatangan. Sopir kedua mobil sama-sama terjepit di balik kemudi. Habi yang mengendarai bus masih hidup dan diselamatkan lebih dahulu. Pinggangnya terjepit setir. Demi keselamatan, Habi dikeluarkan secara manual menggunakan linggis dan balok. Perlu satu jam membebaskannya kemudian dibawa ke RSUD AW Sjahranie.
Sementara Fandy yang sudah tewas dalam kondisi mengenaskan dievakuasi dengan dua mobil pengait. Fandy meninggal karena cedera kepala dan tulang rusuk yang menusuk paru-paru. Evakuasi memakan waktu tiga jam dan menyebabkan poros Samarinda-Bontang lumpuh. Kemacetan mengular hingga tiga kilometer.
Dikonfirmasi kejadian ini, Assistant Vice President PT Indominco Mandiri M Nasution mengaku telah mendengar kabar. Meski demikian, dia belum mendapatkan detail peristiwa itu.
Nasution menjelaskan, rombongan di dalam bus adalah warga dari beberapa desa binaan perusahaan batu bara tersebut. Nasution belum bisa memastikan para penumpang berasal dari desa binaan mana saja. Perusahaan juga menyerahkan kasus ini kepada kepolisian. “Ini musibah yang tentu tidak diinginkan,” tutur Nasution.
ISTRI BELUM TAHU
Indah Wati, istri Fandy yang selamat dalam kejadian nahas, masih terguncang. Perempuan yang sedang mengandung anak ketiga ini terus mencari-cari suaminya di UGD RSUD AW Sjahranie, petang kemarin. Beberapa anggota keluarganya belum memberi tahu bahwa suaminya sudah tiada.
Menurut keterangan dokter yang memeriksa, Indah mengalami patah tulang paha. Meski demikian, janin berusia tiga bulan di dalam kandungan dalam kondisi baik.
Adapun Ridho, anak kedua pasangan Fandy dan Indah, dalam kondisi kritis. Dia harus disadarkan dengan alat pacu jantung.
Kasubnit II, Unit Laka Lantas, Polresta Samarinda, Aiptu I Ketut Sudiana, mengatakan masih menyelidiki kejadian.
“Sopir bus masih kritis. Belum bisa kami periksa,” ujarnya singkat.
SUDAH TUJUH NYAWA
Sepanjang Ramadan, poros Samarinda-Bontang terus meminta korban. Tujuh korban tewas dari empat kecelakaan di ruas ini. Dari seluruh korban, hanya dua yang meninggal dalam kecelakaan malam hari.
Jumat (11/7) pukul 14.00 Wita, Jumiyanti (21), mahasiswa asal Bontang tewas. Dia ditabrak pikap yang dikemudikan pedagang pasar malam bernama Amirudin (35), warga Jalan Rajawali Dalam, Kelurahan Bandara, Samarinda.
Berikutnya, Bibin Rianto (18) yang berboncengan dengan Hanifah (18) serta Masruri (22) bersama Nur Indah (18). Mereka terlibat kecelakaan dengan truk Hino KT 8122 MP yang dikemudikan Agus Marjoko (46), Selasa (15/7) pukul 23.30 Wita. Bibin meninggal dunia saat dirawat di UGD RSUD AW Sjahranie.
Empat hari berselang, Miranti Mila Dewi (20) meregang nyawa karena ditabrak truk dari belakang pada Sabtu (19/7) pukul 16.30 Wita. Kepala mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman itu terlindas ban truk. Gadis yang biasa disapa Mila itu tewas di lokasi kejadian. Sementara Padli Hamli (21) yang membonceng Mila selamat. [] KP