Menteri Pertanian Jepang Mundur Usai Komentar Soal Beras Picu Kemarahan Publik

TOKYO – Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, resmi mengundurkan diri dari jabatannya pada Rabu (21/5/2025) setelah pernyataannya mengenai stok beras pribadi menuai kritik luas dari masyarakat.

Komentar yang awalnya disebut sebagai gurauan itu dinilai tidak peka terhadap kondisi ekonomi warga yang sedang menghadapi lonjakan harga bahan pangan pokok, khususnya beras.

Dalam konferensi pers, Eto mengonfirmasi bahwa dirinya telah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Perdana Menteri Shigeru Ishiba. Ia menyatakan keputusan itu diambil setelah mendapat teguran keras dari kepala pemerintahan.

“Saya menyampaikan permintaan maaf dan bertanggung jawab penuh atas pernyataan yang tidak pantas tersebut,” ujar Eto seperti dikutip AFP.

Pernyataan kontroversial itu terlontar dalam sebuah acara penggalangan dana politik yang diselenggarakan pada Minggu lalu. Dalam pidatonya, Eto menyebut bahwa ia tidak pernah perlu membeli beras karena kerap menerima sumbangan beras dari para pendukungnya. Ia bahkan mengaku memiliki stok yang cukup untuk dijual.

“Saya baru saja ditelepon istri yang mengeluh karena stok beras habis. Padahal, biasanya cukup karena hanya kami berdua,” ujarnya dalam video yang ditayangkan stasiun penyiaran NHK.

Ucapan itu langsung menuai reaksi negatif di media sosial Jepang. Seorang pengguna X (dahulu Twitter) bahkan menulis, “Anda sudah tamat. Cepat mundur!”

Ketika ditanya wartawan pada Senin lalu, Eto sempat meminta maaf dan menyebut komentarnya hanya untuk mencairkan suasana. Namun saat itu ia belum bersedia menjawab terkait niat mengundurkan diri.

Perdana Menteri Ishiba mengaku menyesalkan pernyataan yang dilontarkan bawahannya.

“Komentar itu seharusnya tidak keluar dari seorang pejabat negara, terutama ketika rakyat sedang kesulitan membeli beras,” kata Ishiba.

Ia menambahkan bahwa menteri pertanian seharusnya fokus pada upaya menstabilkan harga pangan dan mendukung petani, bukan melontarkan pernyataan yang bisa melukai perasaan publik.

Dalam pernyataan resminya hari ini, Ishiba juga menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Jepang.

“Sebagai Perdana Menteri yang menunjuk beliau, saya memohon maaf atas kegaduhan yang terjadi,” ucapnya.

Sebagai pengganti Eto, pemerintah Jepang menunjuk Shinjiro Koizumi, mantan Menteri Lingkungan Hidup sekaligus putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Penunjukan ini diharapkan dapat meredam kemarahan publik dan memulihkan citra kabinet.

Kenaikan harga beras memang menjadi isu sensitif di Jepang menjelang pemilu majelis tinggi pada Juli mendatang. Berdasarkan survei Kyodo News, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Ishiba anjlok ke angka 27,4 persen. Sembilan dari sepuluh responden mengaku tidak puas terhadap penanganan krisis harga pangan.

Harga beras di tingkat eceran mencapai rata-rata 4.268 yen (sekitar Rp484 ribu) untuk kemasan 5 kilogram, naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh gelombang panas ekstrem yang merusak panen dan peningkatan permintaan dari sektor pariwisata.

Pemerintah Jepang kini mulai menyalurkan cadangan beras nasional untuk menekan harga dan menjamin ketersediaan pasokan bagi masyarakat. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *