Netanyahu Tunjuk Gofman Jadi Kepala Baru Mossad

JAKARTA – Keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menunjuk seorang jenderal yang tidak berasal dari dunia intelijen sebagai kepala Mossad baru memunculkan dinamika baru dalam tubuh lembaga intelijen tersebut. Mayor Jenderal Roman Gofman, yang saat ini menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu, ditetapkan sebagai pengganti Kepala Mossad David Barnea yang masa jabatannya akan berakhir pada Juni 2026.

Pengumuman itu disampaikan langsung oleh kantor Netanyahu pada Kamis (04/12/2025) waktu setempat. Dalam pernyataan tersebut, pemerintah Israel menegaskan bahwa penunjukan Gofman dilakukan setelah mempertimbangkan rekam jejak militernya yang panjang dan kontribusinya dalam sejumlah operasi penting selama kariernya. Gofman lahir di Belarusia pada 1976 sebelum berpindah ke Israel pada usia 14 tahun. Ia mulai menapaki karier militernya sejak bergabung dengan korps lapis baja pada 1995.

Dilaporkan AFP, Jumat (05/12/2025), Gofman dikenal sebagai sosok yang disiplin, progresif, dan memiliki reputasi baik dalam struktur militer Israel. Pada awal pecahnya perang Gaza usai serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, ia memimpin pusat pelatihan infanteri nasional. Posisi itu menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam pelatihan prajurit pada masa-masa krisis. Bahkan, ia sendiri terluka parah dalam bentrokan di Sderot, wilayah dekat perbatasan Gaza, saat menghadapi serangan Hamas pada hari yang sama.

Setelah pulih dari luka yang dialami, Gofman kemudian ditunjuk masuk ke lingkaran kabinet Netanyahu pada April 2024. Posisi barunya sebagai sekretaris militer membuka jalan baginya untuk terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan di tingkat eksekutif selama konflik berlangsung.

Meskipun Gofman tidak berasal dari lingkup intelijen, pemerintah menilai hal itu bukan persoalan. Penunjukannya bahkan tidak menimbulkan polemik politik di dalam negeri. Dalam pernyataan resmi, kantor Netanyahu menegaskan, “Gofman adalah seorang perwira yang sangat berjasa,” sambil menambahkan bahwa penempatannya di masa perang sebagai sekretaris militer membuktikan “kemampuan profesionalnya yang luar biasa.”

Kendati demikian, kritik tetap muncul dari sejumlah kalangan, termasuk dari Uri Misgav, kolumnis senior surat kabar sayap kiri Haaretz. Ia menilai pengangkatan ini kurang tepat dan mempertanyakan kelayakan sang jenderal dalam memimpin lembaga intelijen sebesar Mossad. Misgav menyebut Gofman “tidak layak untuk memimpin Mossad” karena kurangnya pengalaman operasional dalam intelijen.

Mossad selama ini dianggap sebagai salah satu badan intelijen paling efektif di dunia. Namun, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sejumlah lembaga keamanan Israel mendapat sorotan karena dinilai gagal mendeteksi serangan tersebut. Meski begitu, Mossad tidak disebut mengalami kegagalan intelijen, mengingat operasi mereka cenderung tidak mencakup wilayah Palestina secara langsung. Sebaliknya, pimpinan keamanan dalam negeri Shin Bet dan intelijen militer Aman memilih mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas kegagalan tersebut.

Dalam konflik multi-front yang berlangsung sejak serangan Hamas, Mossad justru dipandang makin menonjol oleh publik Israel, khususnya dalam operasi luar negeri dan upaya diplomasi senyap. Dengan dilantiknya Gofman pada periode penuh tantangan, pemimpin baru Mossad ini diperkirakan akan menghadapi serangkaian tugas berat—mulai dari penataan strategi baru, memperkuat koordinasi lintas lembaga, hingga menjaga stabilitas keamanan Israel di tengah gejolak kawasan. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *