Ojol Samarinda Suarakan Keluhan: Order Fiktif Meresahkan
SAMARINDA – Di tengah riuh rendah aktivitas perkotaan, kisah seorang driver ojek online (ojol) bernama Triyono mencuri perhatian. Perjuangannya demi nafkah keluarga menjadi cermin nyata kerasnya kehidupan masyarakat urban. Ditemui di kawasan Jalan Berantas, Kota Samarinda, Rabu (03/12/2025), pria perantau asal Jakarta ini membagikan kisah hidup yang sarat makna.
Triyono mengaku merantau ke Samarinda dengan harapan masa depan yang lebih baik. Namun realitas memaksanya mengambil jalan yang penuh tantangan. “Saya merantau dari Jakarta ke Samarinda dengan niat mencari usaha atau pekerjaan. Karena kebutuhan hidup harus terus berjalan, akhirnya saya memilih menjadi driver ojol untuk mencari penghasilan sehari-hari,” ujarnya.
Bagi Triyono, profesi ojol bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan perjuangan untuk bertahan hidup. “Pendapatan di dunia ojol itu pasang surut. Kadang alhamdulillah bisa lebih, kadang juga terhalang cuaca. Rata-rata sehari bisa sekitar Rp100 ribu, kadang lebih, kadang kurang,” katanya.
Selain cuaca dan situasi lapangan, para driver juga harus menghadapi fenomena yang cukup meresahkan: orderan fiktif. “Orderan fiktif biasanya dilakukan sesama driver karena iseng. Tapi saya berharap hal itu jangan dibiasakan, karena kita semua sama-sama pejuang nafkah di jalan untuk keluarga. Harus saling mengerti dan menghargai,” jelasnya.
Meski tak mudah, Triyono tetap memilih untuk bertahan dan menjaga semangat. Baginya, kesabaran adalah kunci. “Harapan saya ke depan, dunia ojol bisa berkembang lebih baik. Ramai disyukuri, sepi tetap dijalani dengan sabar. Yang penting kita harus terus berusaha,” ungkapnya.
Ia juga berharap agar profesi ojol mendapat lebih banyak penghargaan dari masyarakat dan pemerintah, karena keberadaan mereka sangat membantu kebutuhan mobilitas masyarakat. “Kita tidak tahu bagaimana ke depannya, tapi mudah-mudahan bisa berkembang lebih baik lagi. Yang penting kita tetap berusaha dan menjaga semangat,” pungkasnya.
Kisah Triyono menjadi potret human interest yang mengingatkan bahwa di balik helm dan jaket ojol, ada manusia yang berjuang keras, menahan lelah, menantang cuaca, dan terus berharap masa depan yang lebih cerah. Mereka bukan sekadar pengantar makanan atau pengemudi aplikasi mereka adalah tulang punggung keluarga, pejuang jalanan yang menggerakkan roda perekonomian kota. []
Penulis: Rifky Irlika Akbar |Penyunting: Aulia Setyaningrum
