Pangdam VI Mulawarman Resmikan IGD Rumah Sakit Hardjanto

Ruang IGD

Pangdam VI Mulawarman, Benny Indra Pujihastono bersama istri meresmikan pembangunan fasilitas Instalasi Gawat Darurat (IGD), Masjid dan Aula di rumah sakit Dr.R Hardjanto atau yang kerap disebut rumah sakit tentara, Jumat 11 Desember 2015.

Dalam peresmian tersebut turut hadir Kasdam VI, Irdam VI, Kakesdam VI Mulawarman, dan disertai jajaran direktur rumah sakit di Balikpapan yakni Direktur RS.Kanujoso Djatiwibaowo, Drektur RSUD, Direktur RS Pertamina, dan Direktur RS.Restu Ibu.

Benny Indra Pujihastono mengatakan, nantinya pembangunan fasilitas ini akan diperuntukkan untuk umum. Sehingga pelayanan di rumah sakit tentara tersebut terus ditingkatkan.

“Dengan diresmikannya fasilitas pembangunan rumah sakit ini termasuk IGD, Masjid, dan Aula diharapkan nantinya selain melayani warga TNI dan PNS didalamnya, kita akan melayani masyarakat umum secara professional.”ujarnya

“Yang didalamnya ada penanganan yang professional sesuai dengan jenis penyakit dan kemudahan dari sisi administrasi. Ini harus diwujudkan dengan pelayanan yang baik, artinya seorang bisa nyaman disini, secara psikologis dia bisa tenang. Dan tidak ada perbedaan masyarakat umum, maupun TNI, ataupun BPJS, semuanya sama,” lanjut Pangdam.

Diketahui peresemian tersebut meliputi pembangunan IGD yang menghabiskan anggaran sebesar Rp.1.692.041.000. Serta pembangunan Masjid, pembangunan aula rumah sakit dan renovasi beberapa ruangan lainnya. Yakni seperti ruang perawatan, kantor BPJS, garasi ambulance, kamar operasi, ruang CT-Scan, ruang dapur serta ruang laundry.

Sebagai unsur pelayanan publik, RS.Dr.R Hardjanto tahun ini juga mendapatkan penghargaan dari Markplus Service Excellent Award sebagaiThe Champion of Balikpapan WOW Service Excellent Category : General hospital B (class) yang ditandatangani oleh Bapak Hermawan Kartajaya pada tanggal 9 Desember 2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.