Pariwisata Inklusif, Dispar Kukar Andalkan Homestay Komunitas

ADVERTORIAL — Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pariwisata (Dispar Kukar) terus menunjukkan komitmennya dalam menyiapkan infrastruktur pendukung sektor pariwisata. Salah satu isu yang menjadi perhatian utama adalah keterbatasan jumlah hotel berbintang di wilayah Kukar, terutama di kawasan destinasi wisata potensial.
Melihat kondisi ini, Dispar Kukar mengarahkan perhatian pada pengembangan penginapan alternatif berbasis masyarakat, seperti homestay dan guest house. Langkah ini dinilai sebagai solusi strategis yang tidak hanya menjawab persoalan akomodasi, tetapi juga mampu memperkuat sektor ekonomi lokal melalui pariwisata.
Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Dispar Kukar, Sugiarto, menegaskan bahwa pendekatan ini merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi infrastruktur yang masih berkembang di Kukar. “Kami sadar hotel berbintang belum banyak di Kukar. Maka dari itu, kami dorong pengelola penginapan lokal agar bisa memberikan layanan yang layak dan memuaskan bagi wisatawan,” ungkap Sugiarto di Tenggarong, Kamis (05/06/2025).
Dispar Kukar juga mulai mempersiapkan sektor akomodasi menghadapi potensi lonjakan wisatawan, terutama dengan semakin dekatnya operasional Ibu Kota Nusantara (IKN). Kesiapan penginapan lokal menjadi krusial agar daerah tidak tertinggal dalam arus pergerakan wisatawan dan peluang ekonomi yang datang bersamanya.
Program pelatihan menjadi salah satu langkah konkret yang diambil. Dinas memberikan pembekalan kepada pengelola homestay mengenai standar pelayanan kamar, manajemen kebersihan, komunikasi dengan tamu, serta sistem reservasi digital. “Penginapan yang sederhana pun bisa memberikan kenyamanan, asal dikelola dengan baik dan profesional,” tambah Sugiarto.
Dispar Kukar juga membuka akses yang lebih luas bagi pengelola penginapan lokal dengan memfasilitasi pendaftaran usaha mereka ke dalam platform digital pemesanan hotel dan marketplace wisata. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi usaha kecil untuk bersaing di pasar pariwisata modern yang kian kompetitif.
Tidak hanya fokus pada aspek teknis, penguatan karakter lokal menjadi nilai jual utama yang ingin ditonjolkan. “Kita dorong pemilik homestay untuk menampilkan nuansa lokal dalam layanan mereka. Bisa dari desain interior, makanan khas, hingga aktivitas budaya,” ujarnya.
Sejumlah desa wisata di Kukar bahkan sudah mulai mengadopsi konsep ini secara mandiri. Dukungan pemerintah pun diberikan melalui penyusunan regulasi, promosi, hingga asistensi legalitas usaha agar penginapan-penginapan tersebut bisa memiliki status resmi dan mampu menarik minat wisatawan.
Lebih jauh, Dispar Kukar juga tengah memetakan potensi penginapan di kawasan wisata strategis lain untuk dikembangkan dalam skema kolaborasi antara pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan komunitas lokal. Sugiarto menyebut keterlibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
“Kami akan bantu dari sisi legalitas usaha dan promosi agar penginapan-penginapan ini diakui secara resmi dan diminati wisatawan,” ujarnya lagi.
Dengan inisiatif ini, Dispar Kukar berharap bukan hanya menciptakan solusi atas keterbatasan akomodasi, tetapi juga mendorong tumbuhnya pariwisata berbasis masyarakat yang inklusif dan mandiri.[]
Penulis: Suryono | Penyunting: Aulia Setyaningrum