Pelabuhan Rotterdam Siapkan Dermaga Militer, Eropa Barat Bersiap Hadapi Potensi Perang dengan Rusia

ROTTERDAM — Pelabuhan Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa, kini tengah bersiap menghadapi kemungkinan konflik berskala besar antara NATO dan Rusia.

Langkah ini mencakup penyediaan dermaga khusus untuk kapal pengangkut senjata dan perlengkapan militer negara-negara anggota NATO serta pelaksanaan latihan militer rutin di kawasan tersebut.

Mengutip laporan Financial Times (8/7/2025), persiapan ini menandai eskalasi baru dalam strategi pertahanan Eropa Barat sejak konflik Rusia-Ukraina meletus pada tahun 2022.

Rotterdam akan menjadi lokasi penting distribusi logistik militer, menggandeng pelabuhan Antwerp di Belgia untuk mengantisipasi kepadatan kargo.

“Tidak semua terminal layak untuk menangani kargo militer,” ujar Boudewijn Siemons, Kepala Eksekutif Otoritas Pelabuhan Rotterdam, kepada Financial Times.

Ia menjelaskan bahwa pelabuhan akan menampung kapal-kapal dari militer Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, jika ketegangan meningkat.

Menurut Siemons, dermaga militer akan digunakan oleh satu atau lebih kapal besar selama beberapa pekan dalam tahun berjalan, sebanyak empat hingga lima kali.

Ia menambahkan bahwa Rotterdam juga akan menjadi lokasi beberapa latihan militer amfibi sebagai bagian dari skenario kesiapsiagaan jika konflik terbuka terjadi dengan Rusia.

“Jika volume barang militer meningkat signifikan, kami akan berbagi kapasitas dengan pelabuhan Antwerp atau pelabuhan lain. Kami sudah tidak lagi melihat mereka sebagai pesaing, tetapi mitra strategis,” kata Siemons.

Persiapan ini mencerminkan tren militerisasi yang menguat di kalangan negara-negara Eropa anggota NATO.

Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, dalam wawancara dengan New York Times akhir pekan lalu, menegaskan peningkatan anggaran pertahanan menjadi 5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah keharusan geopolitik.

“Jumlah itu sangat besar. Tapi jika kita tidak melakukan ini, kita mungkin harus belajar bahasa Rusia,” ucap Rutte.

Namun, Moskow menanggapi langkah ini dengan kritik tajam. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam wawancaranya dengan surat kabar Magyar Nemzet dari Hungaria, menyebut bahwa politisi Barat secara sengaja menggambarkan Rusia sebagai musuh untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari krisis sosial dan ekonomi di dalam negeri.

Lavrov mengimbau negara-negara Barat untuk mendukung upaya damai yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan berbagai pihak lain, daripada memperluas retorika konfrontatif dan mempersiapkan perang terbuka. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *