Pembunuhan Haniyeh Picu Kekhawatiran Eskalasi Timur Tengah, Indonesia Mengutuknya Sebagai Pembunuhan

JAKARTA – Pemerintah Indonesia buka suara atas kematian pemimpin tertinggi milisi Gaza Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, dalam sebuah aksi penyerangan di Teheran, Iran. Hal ini diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dalam akun X nya, dikutip Kamis (1/8/2024).

Dalam sebuah cuitan, Kemlu mengatakan Indonesia mengecam keras aksi pembunuhan ini. Pasalnya, hal ini ditakutkan akan terus memperluas dan memperpanjang eskalasi di kawasan Timur Tengah, yang telah terguncang sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober.

“Indonesia kecam pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024,” tulis Kemlu RI dilihat CNBC Indonesia.

“Tindakan tersebut merupakan tindakan provokatif yang dapat meningkatkan eskalasi konflik di kawasan dan merusak proses negosiasi yang terus diupayakan,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan udara di rumahnya di Teheran. Ia sendiri berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Hamas menuding bahwa Israel merupakan dalang dari serangan yang menewaskan Haniyeh dan satu orang pengawalnya itu. Namun belum jelas apakah serangan itu dilakukan via rudal yang diluncurkan dari darat atau jenis serbuan misil yang diluncurkan oleh drone.

“Saudara pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan Hamas, tewas dalam serangan Zionis di kediamannya di Teheran,” ucap kelompok itu dikutip AFP.

Haniyeh menjadi Kepala Biro Politik Hamas sejak 2017. Sebelumnya, ia sempat menjadi Kepala Hamas di Jalur Gaza serta sempat menjadi Perdana Menteri Palestina. Ia merupakan figur tertinggi dalam kelompok Hamas dan menjadi tokoh sentral dalam upaya perdamaian di Timur Tengah. Ia diketahui sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilakukan oleh Israel, sembari menjalankan komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.

Selama bertahun-tahun, ia berpartisipasi dalam perundingan damai dengan mantan Presiden AS Jimmy Carter, dan bertemu dengan para pemimpin dunia lainnya termasuk Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, dan diplomat China Wang Kejian awal tahun ini.

Pada bulan April, serangan udara Israel menewaskan tiga putra Haniyeh dan empat cucunya. Pada saat itu, Haniyeh, yang tinggal di Qatar, bersikeras kematian mereka tidak akan memengaruhi gencatan senjata dan perundingan penyanderaan yang sedang berlangsung.

Tewasnya Haniyeh terjadi saat negosiasi perdamaian masih terus dilakukan oleh kedua pihak. Namun prospek perdamaian terancam oleh aksi pembunuhan ini, dengan Hamas menegaskan akan ada pembalasan dendam atas kematian Haniyeh.

“Hamas akan melancarkan perang terbuka untuk membebaskan Yerusalem. Kami siap membayar berbagai harga untuk melakukannya,” ujar Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menurut laporan media lokal yang dikutip Al Jazeera. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *