Pemerintah Iran Perketat Subsidi Energi

TEHERAN – Pemerintah Iran resmi mengumumkan kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) secara terbatas, yang hanya diberlakukan bagi pengguna kendaraan dengan konsumsi bensin lebih dari 160 liter per bulan. Kebijakan ini menjadi langkah terbaru pemerintah dalam mengurangi beban subsidi energi, di tengah kondisi ekonomi nasional yang melemah akibat sanksi internasional berkepanjangan.

Iran selama ini dikenal sebagai negara dengan harga bensin paling murah di dunia. Namun, tekanan fiskal membuat pemerintah mengambil langkah strategis demi menjaga stabilitas ekonomi. Keputusan ini disampaikan melalui siaran televisi pemerintah yang merinci tiga tingkat harga bensin baru yang akan berlaku mulai pertengahan bulan Azar, atau bertepatan dengan 6 Desember mendatang.

Dalam keputusan kabinet, level harga pertama tetap dipertahankan, yakni 15.000 Rial Iran atau sekitar Rp 5.936 per liter, untuk 60 liter pertama per bulan. Level harga kedua pun tidak mengalami perubahan, yaitu 30.000 Rial Iran atau setara Rp 11.872 per liter, untuk pembelian 100 liter berikutnya.

Kebijakan baru diterapkan pada level harga ketiga. Pengguna yang mengonsumsi lebih dari 160 liter per bulan diwajibkan membayar 50.000 Rial Iran atau sekitar Rp 19.787 per liter. Level harga ketiga ini dinilai sebagai bentuk pembatasan subsidi bagi kelompok yang tergolong banyak menggunakan bahan bakar.

Juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, menjelaskan bahwa kebijakan tersebut tidak akan berlaku bagi pengendara mobil baru produksi Iran maupun kendaraan impor. “Dengan kata lain, mereka harus membayar harga 50.000 Rial Iran (Rp 19.787) per liter setiap kali mengisi bahan bakar,” tegas Mohajerani.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian turut memberikan pandangan mengenai kebijakan BBM tersebut. “Tidak diragukan lagi bahwa harga bensin seharusnya dinaikkan,” kata Pezeshkian dalam pernyataannya bulan lalu. Namun, ia menegaskan bahwa langkah menaikkan harga tidak bisa dilakukan secara sederhana. “Tetapi apakah semudah itu untuk mengintervensi harga? Kita harus mempertimbangkan ribuan variabel, merencanakan, dan memikirkan solusinya,” ujarnya.

Kenaikan harga bahan bakar di Iran bukan tanpa risiko. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa kebijakan serupa pernah memicu gejolak sosial. Pada November 2019, kenaikan harga bahan bakar hingga 200 persen menyulut aksi protes besar-besaran di berbagai wilayah. Para pengendara memblokir jalan di Teheran, sementara kerusuhan menyebar ke lebih dari 40 titik di pusat kota. Dalam peristiwa itu, demonstran membakar SPBU, menyerang kantor polisi, hingga menjarah toko, dan akses internet sempat dibatasi ketat selama sepekan.

Tekanan ekonomi Iran semakin berat sejak Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi terkait dugaan upaya Teheran memperkuat program nuklir untuk kepentingan militer. Iran berulang kali menolak tuduhan tersebut dan menegaskan program nuklirnya semata untuk tujuan damai.

Kebijakan pembatasan subsidi bahan bakar ini menjadi ujian bagi pemerintah Pezeshkian dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, kestabilan sosial, dan legitimasi politik. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *