Pemerintah Nigeria Pastikan 130 Siswa Korban Penculikan Telah Bebas

JAKARTA – Pemerintah Nigeria akhirnya mengumumkan pembebasan seluruh siswa yang diculik dalam serangan kelompok bersenjata terhadap sebuah sekolah Katolik di negara bagian Niger. Peristiwa ini menjadi titik terang di tengah kekhawatiran panjang masyarakat terkait maraknya penculikan massal yang kembali menghantui dunia pendidikan di negara tersebut.

Juru Bicara Presiden Nigeria, Sunday Dare, memastikan bahwa seluruh siswa yang sebelumnya dilaporkan hilang kini telah berada di luar tahanan kelompok bersenjata.

“130 siswa negara bagian Niger lainnya yang diculik dibebaskan, tidak ada yang tersisa dalam penahanan,” kata Sunday Dare, seperti dilansir AFP, Senin (22/12/2025).

Kasus penculikan ini bermula pada akhir November lalu, ketika kelompok bersenjata menyerbu sekolah berasrama campuran St Mary yang terletak di wilayah pedesaan Papiri, negara bagian Niger, Nigeria bagian utara-tengah. Serangan tersebut menyasar siswa dan staf sekolah, memicu kepanikan nasional dan menghidupkan kembali trauma lama terkait penculikan massal oleh kelompok ekstremis.

Insiden itu terjadi di tengah situasi keamanan Nigeria yang rapuh. Negara ini masih bergulat dengan berbagai ancaman bersenjata, mulai dari kelompok jihadis di wilayah timur laut hingga geng kriminal bersenjata atau “bandit” di barat laut. Gelombang penculikan tersebut mengingatkan publik pada tragedi tahun 2014, ketika kelompok Boko Haram menculik ratusan siswi di kota Chibok.

Namun sejak awal, jumlah pasti korban penculikan dari St Mary’s tidak pernah benar-benar jelas. Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) sempat menyatakan bahwa sebanyak 315 siswa dan staf dinyatakan hilang pasca-serangan. Angka ini kemudian terus berubah seiring proses pelacakan korban berlangsung.

Sekitar 50 orang dilaporkan berhasil melarikan diri tak lama setelah penyerangan. Pemerintah Nigeria selanjutnya mengumumkan pembebasan sekitar 100 orang pada awal Desember. Dengan demikian, sempat diperkirakan masih ada sekitar 165 korban yang berada dalam penyekapan kelompok bersenjata, sebelum pemerintah menyampaikan pernyataan terbaru terkait pembebasan 130 siswa lainnya.

Di sisi lain, sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa seluruh korban sebenarnya telah bebas, karena sebagian dari mereka berhasil meloloskan diri saat serangan terjadi dan kembali ke desa masing-masing tanpa segera terdata oleh otoritas.

Kerumitan pendataan ini disebabkan oleh kondisi geografis wilayah tersebut. Banyak siswa berasal dari panti asuhan dan desa terpencil yang tersebar luas, dengan akses transportasi terbatas. Untuk mencapai beberapa desa, dibutuhkan perjalanan berjam-jam menggunakan sepeda motor, sehingga proses verifikasi memakan waktu cukup lama.

Sumber PBB juga menyampaikan bahwa “siswi/siswi sekolah menengah yang tersisa akan dibawa ke Minna”, ibu kota negara bagian Niger, untuk pendataan lanjutan dan pemulihan psikologis.

Meski demikian, verifikasi akhir masih terus dilakukan oleh pihak terkait.

“Kita masih harus melakukan verifikasi akhir,” ujar Daniel Atori, juru bicara CAN di negara bagian Niger.

Pembebasan para siswa ini disambut lega oleh keluarga korban dan masyarakat luas. Namun, peristiwa tersebut kembali menyoroti urgensi pembenahan keamanan nasional Nigeria, khususnya perlindungan terhadap lembaga pendidikan yang kerap menjadi target empuk kelompok bersenjata. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *