Pemerintah Rancang PLTS 100 GW di Seluruh Desa

JAKARTA – Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan langkah besar dalam transisi energi dengan merancang pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di seluruh desa. Program ambisius ini ditargetkan mampu menghasilkan kapasitas listrik hingga 80–100 gigawatt (GW), dengan masing-masing desa mendapatkan alokasi pembangkit sebesar 1–1,5 megawatt (MW).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa program tersebut masih dalam tahap rancangan dan membutuhkan kajian mendalam, khususnya dari aspek keekonomian.
“Kami ingin di setiap desa ada PLTS (berkapasitas) 1–1,5 megawatt,” ujar Bahlil saat menghadiri acara The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, Rabu (17/09/2025).
Meski rencana ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pemanfaatan energi bersih, Bahlil menegaskan bahwa implementasinya tidak bisa dilakukan terburu-buru. “Kami hanya mengetahui satu desa 1–1,5 megawatt, terkait implementasinya itu akan dikelola apakah oleh PLN atau pihak lain,” katanya.
Menurut Bahlil, tantangan terbesar datang dari tingginya kebutuhan modal. Investasi energi baru terbarukan (EBT) saat ini masih tergolong mahal, sehingga jika dipaksakan, beban biaya justru dapat berujung pada subsidi pemerintah atau peningkatan tarif listrik bagi masyarakat.
“Karena capex-nya memang mahal, dan ini menjadi perdebatan. Di satu sisi kami ingin menggunakan energi bersih, tapi di sisi lain kami masih membutuhkan modal yang tidak sedikit,” tuturnya.
Meski demikian, pemerintah tetap menegaskan bahwa program ini menjadi kunci untuk mewujudkan produk-produk industri ramah lingkungan.
“EBT saat ini dibutuhkan banyak industri. Dalam pandangan dan kajian kami, ini menjadi salah satu kunci untuk melahirkan produk yang green,” ujar Bahlil.
Selain untuk kebutuhan desa, pembangunan PLTS juga diproyeksikan mendukung operasional Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) yang akan dibentuk di berbagai wilayah. Pemerintah berencana membangun 80 ribu unit KDMP dengan total kapasitas 100 GW.
“Kami sedang bangun desain besarnya, semua kampung-kampung (KDMP) akan memakai PLTS. Ini merupakan peluang baru bagi pemain baterai karena PLTS hanya beroperasi 4 jam saat siang hari, selebihnya harus menyimpan energi melalui baterai,” jelas Bahlil dalam forum Indonesia Battery Summit 2025, Selasa (05/08/2025).
Ia menambahkan, seluruh komponen baterai yang digunakan dalam proyek ini akan diprioritaskan dari produk dalam negeri untuk memperkuat rantai pasok nasional. Meski jadwal pasti belum ditentukan, Bahlil memastikan pembangunan dilakukan secara bertahap. “Lebih cepat lebih baik,” tegasnya.
Program ini menandai langkah penting Indonesia menuju kemandirian energi dan pemanfaatan energi terbarukan. Namun, keberhasilannya akan sangat bergantung pada kesiapan pendanaan, teknologi, serta kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. []
Diyan Febriana Citra.