Pemerintah Renovasi Rumah Keluarga Raya, Balita yang Meninggal karena Cacingan
JAKARTA — Pemerintah akan merenovasi rumah keluarga Raya, balita berusia 3 tahun asal Kabupaten Sukabumi yang meninggal dunia akibat cacingan.
Staf Khusus Menko PMK Bidang Mobilisasi Sumber Daya Bencana, Mochammad Luthfie Beta, menyampaikan bahwa kondisi rumah keluarga tersebut memprihatinkan dan tidak layak huni. Karena itu, pemerintah akan melakukan perbaikan menyeluruh.
“Langkah ke depan, rumah ini akan dibongkar dan dibangun secara permanen, termasuk penyediaan WC komunal dan sanitasi layak melalui dana Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting),” ujar Luthfie saat berkunjung ke rumah keluarga Raya, Jumat (22/8/2025).
Rumah yang ditinggali keluarga Raya berdiri di lahan rawan longsor, dengan fasilitas sanitasi buruk, minim sirkulasi udara, serta berdekatan dengan kandang ternak.
“Karena lahannya labil dan rawan bencana, kami sarankan ada pertimbangan serius sebelum pembangunan. Dari sisi sanitasi juga harus dibenahi, termasuk pemindahan kandang ternak,” imbuh Luthfie.
Pembangunan rumah baru tersebut akan dilaksanakan secara swakelola dengan melibatkan masyarakat sekitar, aparat desa, serta TNI/Polri.
Aspek legalitas lahan juga akan diperhatikan agar pembangunan dapat berjalan sesuai aturan.
Rencana awal mencakup pembangunan rumah sehat sederhana berukuran 7 x 5 meter, perbaikan akses jalan, serta pembangunan talud untuk mencegah longsor.
Selain itu, pemerintah turut memberi perhatian pada kondisi keluarga korban. Orangtua Raya, Udin (32) dan Endah (38), masih menjalani perawatan medis di Bandung, sedangkan kakak Raya yang berusia 7 tahun mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan pendampingan gizi serta pendidikan berkelanjutan.
Luthfie menekankan bahwa kasus yang menimpa Raya menjadi peringatan serius terkait kesehatan anak di Indonesia.
“Pemerintah pusat ingin memastikan hadir di setiap permasalahan masyarakat. Jika masyarakat tidak kuat, bangsa ini pun tidak akan bisa apa-apa,” katanya.
Sebelumnya, publik dikejutkan oleh video viral yang memperlihatkan perjuangan Raya melawan penyakit yang dideritanya.
Dalam rekaman itu terlihat sejumlah cacing diangkat dari tubuhnya, dan masih banyak larva bersarang di organ tubuhnya.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa Raya adalah warganya. Ia menjelaskan, orangtua Raya diduga mengalami keterbelakangan mental sehingga kesulitan dalam memberikan pengasuhan.
“Kedua orangtuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang. Mereka tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya,” ujar Wardi, Selasa (19/8/2025).
Sebelum sakit parah, Raya kerap bermain di kolong rumah bersama ayam. Ia kemudian mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru.
Namun, perawatan medis terkendala karena keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga maupun BPJS.
Raya sempat keluar-masuk puskesmas hingga akhirnya mendapat bantuan dari komunitas filantropi Rumah Teduh. Namun, pada 22 Juli 2025, nyawa bocah itu tidak tertolong.
Kasus meninggalnya Raya menyoroti kesenjangan akses kesehatan dan pengasuhan anak di daerah, sekaligus menjadi alarm nasional akan pentingnya perbaikan sanitasi, gizi, serta perlindungan sosial bagi keluarga rentan. []
Nur Quratul Nabila A