PEMUDA KALTIM BERSUARA: SUDAH CUKUP! TUNTUT KEADILAN LINGKUNGAN

SAMARINDA, 27 Mei 2025 — “Sudah cukup!” seruan itu menggema dari hati rakyat Kalimantan Timur (Kaltim), menandai puncak kekecewaan sekaligus panggilan nurani atas kerusakan lingkungan yang tak kunjung henti.
Mereka menuntut keadilan ekologis dan menolak eksploitasi yang terus menindas alam serta kehidupan mereka.
Seruan ini diungkapkan dengan jelas melalui puisi “Rakyat Menggugat, Alam Menjawab” karya Usamah Ahmad Syahid, seorang pemuda asal Kaltim yang menyuarakan keresahannya terhadap kerusakan lingkungan di tanah kelahirannya:
“Sudah cukup!
Rakyat tak bisa lagi diam,
Bumi digerus, langit menghitam
atas nama tambang dan kekuasaan semu.
Oknum elit bersulang di atas derita,
Menikmati hasil, mewariskan luka.
Sementara rakyat kecil,
menghirup debu, meneguk racun,
melihat sungai tak lagi bening,
dan hutan tinggal kenangan.
Kini saatnya bersuara lantang,
tanpa terkecuali, tanpa takut bayang.
Karena hidup harus selaras dengan alam,
atau alam akan meluluhlantakkan segalanya
tanpa ampun, tanpa pesan.”
Usamah, yang akrab disapa Sahabat Usamah, menyampaikan bahwa puisi tersebut lahir dari kepedihannya menyaksikan realitas lingkungan yang terus memburuk.
“Sudah terlalu lama. Sungai tercemar, udara penuh debu tambang, hutan habis di mana-mana. Sementara segelintir elit bersulang di atas derita rakyat,” ujar Usamah dengan nada getir.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh industri ekstraktif dan pembangunan yang tak terkendali telah merampas kualitas hidup masyarakat dan mengancam masa depan generasi muda.
“Ini bukan sekadar statistik. Ini luka nyata yang kami rasakan,” tegasnya.
Sebagai bentuk sikap dan komitmen, Usamah menyuarakan tiga tuntutan utama yang harus dijawab oleh semua pemangku kepentingan:
1. Penghentian segala bentuk perusakan lingkungan secara sistematis dan terukur.
2. Penegakan tanggung jawab terhadap para pelaku yang selama ini hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan dampak ekologis.
3. Kolaborasi nyata antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk menjaga Bumi Etam secara adil dan berkelanjutan.
“Hidup selaras dengan alam, atau alam akan murka,” ucapnya, mengingatkan bahwa persoalan lingkungan bukan semata isu teknis, tetapi soal hak hidup dan harga diri bagi rakyat Kaltim.
Bagi Usamah, suara pemuda tidak boleh diam. Justru harus menjadi bara penyulut kesadaran kolektif.
“Mari bergotong royong, saling menjaga, dan mencintai tanah yang kita pijak. Ini bukan perjuangan pribadi. Ini tanggung jawab bersama,” pungkasnya. []
Karya: Usamah Ahmad Syahid