Penangkapan Eks Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Ditunda: Kebuntuan dengan PSS dan Militer

JAKARTA – Otoritas Korea Selatan (Korsel) menunda aksi penangkapan terhadap mantan presiden yang baru saja digulingkan, Yoon Suk Yeol, Jumat (3/1/2025). Hal ini terjadi setelah pasukan pengawal presiden (PSS) dan militer mencegah pihak berwenang menangkap figur 64 tahun itu.

Kantor Investigasi Korupsi Korsel (CIO) mengatakan ada kebuntuan yang membuat penahanan sulit untuk dilakukan. Lembaga tersebut juga mengaku ada potensi bahaya yang mengancam para penyidik.

“Diputuskan bahwa hampir mustahil untuk melaksanakan surat perintah penangkapan karena kebuntuan yang sedang berlangsung,” kata CIO dalam pengumuman yang dikutip Reuters.

“Kekhawatiran akan keselamatan personel di lokasi menyebabkan keputusan untuk menghentikan eksekusi,” imbuhnya.

Yoon sendiri dicabut dari tugas kepresidenannya oleh parlemen atas pernyataan darurat militer nya yang berumur pendek bulan lalu. Putusan pengadilan konstitusi sedang menunggu apakah akan mengkonfirmasi pemakzulan tersebut.

Tindakan dramatis Yoon menjerumuskan Korsel ke dalam krisis politik terburuk nya dalam beberapa dekade. Pemimpin konservatif itu saat ini menghadapi tuntutan pidana pemberontakan, yang dapat mengakibatkan hukuman penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati.

Selain dugaan pemberontakan, Yoon juga tengah diselidiki oleh jaksa penuntut umum serta tim gabungan yang terdiri dari polisi dan pejabat anti korupsi, atas dugaan skandal suap yang berpusat di istrinya, Kim Keon Hee.

Sebelum digulingkan, Yoon sebetulnya telah meminta maaf atas skandal tersebut, namun menolak agar istrinya diperiksa. Ia kemudian menuding oposisi nya dari Partai Demokrat memenangkan pemilihan parlemen April lalu dengan bantuan peretas Korea Utara.

Secara kronologis, CIO menjelaskan bahwa pihaknya dan polisi menghindari ratusan pendukung Yoon yang berkumpul pada dini hari di dekat kediamannya pada hari Jumat. Mereka nampak mengadopsi slogan ‘Hentikan Pencurian’ yang dipopulerkan oleh pendukung Presiden terpilih AS Donald Trump, untuk menghalangi penangkapan.

Begitu berada di dalam kompleks, CIO dan polisi kalah jumlah oleh barisan personel PSS, serta pasukan yang ditugaskan untuk mengamankan presiden. Sementara itu, Yoon nampak tidak berada dalam keributan antara CIO dan PSS.

“Lebih dari 200 agen dan tentara PSS menghalangi petugas CIO dan polisi. Meskipun terjadi pertengkaran dan agen PSS tampak membawa senjata api, tidak ada senjata yang ditarik,” kata seorang pejabat CIO.

CIO menambahkan akan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Polisi, yang merupakan bagian dari tim investigasi gabungan, telah menetapkan kepala PSS dan wakilnya sebagai tersangka dalam kasus pidana karena menghalangi tugas resmi.

Di sisi lain, tim hukum Yoon mengatakan bahwa CIO tidak memiliki kewenangan untuk menyelidiki pemberontakan. Mereka menyebut insiden itu sangat disesalkan karena mereka telah mencoba melaksanakan surat perintah ilegal di area keamanan yang sensitif.

“Kami memperingatkan polisi agar tidak mendukung upaya penangkapan tersebut,” tambah tim hukum Yoon. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *