Penculikan Jemaah Maulid Tegaskan Krisis Keamanan Nigeria

xr:d:DAFUXS5k1D4:150,j:46513783562,t:23020614

JAKARTA – Aksi penculikan yang terus berulang kembali mencoreng situasi keamanan di Nigeria. Kali ini, kelompok bersenjata dilaporkan menculik puluhan warga sipil yang tengah melakukan perjalanan untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad. Peristiwa tersebut tidak hanya menambah daftar panjang kejahatan penculikan di negara Afrika Barat itu, tetapi juga mempertegas kerentanan masyarakat sipil, terutama perempuan dan anak-anak, dalam konflik berkepanjangan.

Insiden penculikan terjadi di negara bagian Plateau, wilayah yang selama beberapa tahun terakhir kerap dilanda kekerasan bersenjata. Berdasarkan laporan keamanan, para korban dicegat saat melintas menuju lokasi acara keagamaan yang rutin digelar masyarakat setempat.

“Pada malam tanggal 21 Desember, kelompok bersenjata menculik 28 orang, termasuk wanita dan anak-anak, saat mereka sedang dalam perjalanan ke acara Maulid, dekat desa Zak di distrik Bashar di negara bagian Plateau,” bunyi laporan keamanan dilansir AFP, Selasa (23/12/2025).

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa kendaraan yang membawa rombongan warga itu dihentikan secara paksa oleh kelompok bersenjata. Para pelaku kemudian membawa para korban ke lokasi yang belum diketahui. Aparat keamanan Nigeria disebut telah membuka penyelidikan untuk mengungkap pelaku dan memastikan nasib para korban.

Peristiwa ini menjadi sorotan karena terjadi saat para korban hendak mengikuti kegiatan keagamaan, yang seharusnya menjadi ruang aman bagi masyarakat. Orang-orang tersebut diketahui akan memperingati kelahiran Nabi Muhammad ketika kendaraan mereka “dicegat”, menandai bahwa kekerasan kini tidak lagi mengenal batas ruang maupun waktu. Polisi Nigeria memastikan penyelidikan terus dilakukan untuk mengungkap jaringan di balik aksi tersebut.

Kasus penculikan ini menambah deretan insiden serupa yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Rangkaian peristiwa tersebut kembali menempatkan Nigeria dalam sorotan internasional sebagai salah satu negara dengan krisis keamanan serius, terutama terkait penculikan massal.

Pada hari yang sama dengan kejadian di Plateau, pihak berwenang Nigeria berhasil membebaskan 130 anak sekolah. Mereka merupakan kelompok terakhir dari lebih dari 250 siswa yang diculik sebulan sebelumnya dari sebuah sekolah berasrama Katolik di negara bagian Niger, wilayah utara-tengah Nigeria. Meski pembebasan itu memberi harapan, gelombang penculikan baru justru memperlihatkan bahwa ancaman masih jauh dari usai.

Fenomena penculikan massal, khususnya yang menargetkan anak-anak, mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan peringatan terkait “peningkatan penculikan massal” di Nigeria. Selain sekolah, tempat ibadah juga menjadi sasaran, dengan puluhan orang dilaporkan diculik dalam penggerebekan terpisah.

Situasi ini turut memicu reaksi keras dari Amerika Serikat. Washington bahkan mengancam akan melakukan intervensi militer atas apa yang mereka sebut sebagai pembunuhan massal terhadap umat Kristen. Namun, pemerintah Nigeria dan sejumlah analis independen menolak narasi tersebut. Mereka menilai konflik yang terjadi bersifat kompleks dan melibatkan berbagai kelompok etnis serta agama, bukan semata konflik berbasis kepercayaan.

Di balik kekerasan tersebut, penculikan di Nigeria diketahui sebagian besar bermotif ekonomi. Kejahatan ini berkembang menjadi sumber keuntungan bagi kelompok bersenjata.

Krisis ini telah “terkonsolidasi menjadi industri yang terstruktur dan berorientasi pada keuntungan” yang menghasilkan sekitar USD 1,66 juta antara Juli 2024 dan Juni 2025, menurut laporan terbaru perusahaan konsultan SBM Intelligence.

Kondisi ini menunjukkan bahwa penculikan bukan lagi kejahatan sporadis, melainkan ancaman sistemik yang memerlukan penanganan menyeluruh, baik dari sisi keamanan maupun kesejahteraan sosial masyarakat Nigeria. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *