25/10/2025

Penonton Soraki Trump di Final Piala Dunia Antarklub 2025

14/07/2025

NEW JERSEY — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, disoraki oleh sebagian penonton saat tampil dalam seremoni penyerahan trofi final Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 yang digelar di Stadion MetLife, New Jersey, pada Minggu (13/7/2025).

Trump hadir bersama Ibu Negara Melania Trump untuk menyaksikan laga antara Chelsea dan Paris Saint-Germain (PSG). Chelsea keluar sebagai juara setelah menaklukkan PSG dalam laga yang berlangsung ketat.

Sebagai tuan rumah, Trump bersama Presiden FIFA Gianni Infantino turun ke lapangan seusai pertandingan guna menyerahkan trofi kepada kapten Chelsea, Reece James.

Ia juga menyerahkan medali kepada para pemain PSG serta penghargaan Pemain Terbaik (Golden Ball) kepada Cole Palmer.

Namun, saat Trump berjalan ke tengah lapangan, terdengar sorakan keras dari tribun stadion yang bercampur dengan tepuk tangan.

Panitia penyelenggara bahkan memperbesar volume musik stadion untuk meredam situasi yang sempat memanas.

Sorakan terhadap Trump juga muncul saat wajahnya ditampilkan di layar stadion ketika lagu kebangsaan Amerika Serikat dikumandangkan. Tayangan itu cepat dipotong oleh kamera panitia.

“Kami bersenang-senang,” kata Trump singkat kepada wartawan saat kembali ke Pangkalan Udara Militer Andrews di Washington.

Kehadiran Trump di laga ini bertepatan dengan satu tahun peristiwa percobaan pembunuhan terhadap dirinya saat berkampanye di Pennsylvania.

Ia menjadikan turnamen ini sebagai simbol “Zaman Keemasan Amerika” menjelang Piala Dunia 2026, yang akan diselenggarakan bersama Kanada dan Meksiko.

Trump bahkan telah membentuk satuan tugas khusus di Gedung Putih guna memastikan kelancaran penyelenggaraan Piala Dunia tahun depan, yang juga bertepatan dengan peringatan 250 tahun kemerdekaan Amerika Serikat.

Presiden FIFA Gianni Infantino memuji dukungan Trump terhadap turnamen ini.

“Dia langsung memahami pentingnya Piala Dunia Antarklub, dan tentu saja juga Piala Dunia tahun depan,” ujar Infantino.

Infantino juga mengungkapkan bahwa Trump sangat menyukai trofi Piala Dunia Antarklub dan bahkan menempatkannya di samping meja kerja di Kantor Oval sejak Maret lalu.

Minat Trump terhadap sepak bola juga dipengaruhi oleh anaknya, Barron Trump, yang dikenal sebagai penggemar olahraga tersebut.

Infantino menyebut Trump bahkan sempat memasang gawang di halaman Gedung Putih sebagai bentuk dukungan kepada minat putranya. []

Nur Quratul Nabila A

PDF 📄
Tags: ,

More Stories

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.

25/10/2025

Ibu Suri Thailand Sirikit Tutup Usia di 93 Tahun

25/10/2025

14 Pengungsi Tewas Saat Kapal Tenggelam di Lepas Pantai Turki

25/10/2025

Pria Lakukan Aksi Bom Bunuh Diri di Stasiun Ukraina, Belasan Terluka

25/10/2025

Tokyo Siaga, Pria Bersenjata Pisau Ditangkap di Kawasan Diplomatik

25/10/2025

Ribuan Perempuan Gugat Militer Australia atas Pelecehan Seksual

25/10/2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya

Tersinggung Ditegur, Pria Ini Pukul Abang Iparnya Pakai Palu Hingga Tewas

25/10/2025

Terima Uang Rp2,3 Miliar, Kades di Parungpanjang Ditangkap Polisi

25/10/2025

Timor Leste Resmi Jadi Anggota ASEAN, Diumumkan di KTT Kuala Lumpur

25/10/2025

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.

25/10/2025

Ketagihan Judi Online, Pelajar SMP di DIY Berutang Rp 4 Juta

25/10/2025