Penyakit Kulit dan Diare Menyebar di Kampung Gunungbatu, Krisis Air Bersih Memburuk di Sukabumi
SUKABUMI – Puluhan warga Kampung Gunungbatu, RT 02/RW 04, Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, mengalami penyakit gatal-gatal kulit dan diare. Ini disebabkan lantaran, di wilayah perkampungan tersebut darurat air bersih.
Kepala Desa Kebonpedes, Dadan Apriandi kepada Radar Sukabumi mengatakan, lokasi pemukiman penduduk yang tinggal di sekitaran pinggiran lahan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) itu, terpaksa harus membeli air galon, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Lantaran, sumur yang mereka gunakan selain mengering, juga kualitas airnya menguning karena mengandung zat besi.
“Kalau mandi, warga disini sebagian terpaksa menggunakan atau memanfaatkan air kolam untuk kebutuhan mencuci, mandi dan kaskus,” kata Dadan kepada jurnalis Radar, pada Jumat (06/09/2024).
Lokasi kolam yang berdampingan dengan MCK mushola tersebut, airnya bersumber dari sungai Cimuncang. Setiap pagi dan sore hari, warga di wilayah kampung tersebut, kerap berdatangan mengambil air dari kolam tersebut dengan menggunakan jerigen dan ember untuk kebutuhan mencuci, mandi dan kaskus.
“Kemungkinan, penyakit gatal-gatal yang dialami warga kami itu, karena air kolam itu. Bahkan, tidak sedikit juga warga yang melaporkan ke kami yang mengalami sakit diare,” tandasnya.
“Ada lebih dari 30 kepala keluarga (KK) di wilayah kampung itu yang mengalami gatal-gatal dan diare, karena menggunakan air dari kolam tersebut,” timpalnya.
Menurutnya, penyakit kulit tersebut kerap terjadi saat wilayah Kampung Gunungbatu, dilanda musim kemarau. Terlebih, kondisi air sumur yang mengandung zat besi dan air kolam yang mereka manfaatkan untuk kebutuhan mandi, mencuci dan kaskus, tidak layak digunakan.
“Iya, itu coba lihat air cenderung berwarna kuning dan kehijuan serta memiliki bau tak sedap,” sambungnya.
Pemerintah Desa Kebonpedes, sudah berupaya maksimal meminta bantuan kepada pemerintah. Bahkan, pada beberapa tahun terakhir Polres Sukabumi Kota telah memberikan bantuan dengan cara membangun sumur bor di wilayah kampung tersebut. Namun, demikian hasilnya tidak maksimal.
“Nah, kemarin ada dari Kementrian PUPR dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, datang ke sini. Mereka melakukan pengecekan kondisi air dan mewawancarai warga kami juga,” tukasnya.
Untuk itu, ia bersama warga di Kampung Gunungbatu berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi maupun pemerintah Provinsi Jawa Barat hingga pemerintah pusat, dapat memberikan bantuan untuk membangun artesis guna menanggulangi darurat air bersih yang sudah berlangsung puluhan tahun melanda perkampungan tersebut.
“Sebenarnya, kami dari pemerintah desa bukannya tidak mau mengajukan pembangunan sumur bor menggunakan anggaran dari dana desa. Namun, dana desa kita juga terbatas anggarannya. Kalau perhitungan dari pemerintah desa itu, anggaran semuanya hingga sampai saluran ke masyarakat itu kurang lebih Rp500 juta. Iya, itu harus maksimal semuanya. Sebab, ada sekitar dua RT yang mengalami darurat air bersih itu,” pungkasnya. []
Nur Quratul Nabila A