Penyebaran PMK Merebak di Jawa Tengah, 2.900 Sapi Terinfeksi, 56 Mati

JAWA TENGAH – Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) terus merebak di Jawa Tengah. Hingga Selasa (7/1/2025), tercatat sebanyak 2.900 sapi terinfeksi PMK, dengan 56 di antaranya dilaporkan mati.

Plt. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng, Hariyanta Nugraha, menjelaskan bahwa upaya untuk menekan penyebaran PMK dilakukan melalui vaksinasi, pembersihan kandang, dan penyemprotan disinfektan.

Selain itu, pihaknya juga memberikan obat dan vitamin untuk hewan yang sakit.

“Untuk vaksin yang sudah terdistribusi sebanyak 8.750 dosis,” ujarnya saat meninjau kandang milik Badan Usaha Milik Petani (BUMP).

Nyawiji Ki Semar di Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, bersama Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Sintong Hutasoit, pada Rabu (8/1/2025).

Jika ada laporan terkait PMK, Hariyanta menjelaskan, pihaknya segera melakukan pengecekan untuk mengantisipasi penyebaran lebih lanjut.

“Sapi yang terkena PMK adalah yang belum divaksin atau telah melewati masa vaksinasi selama enam bulan,” katanya.

Salah satu langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah mengawasi lalu lintas hewan di pasar ternak.

“Para pedagang harus diberi sosialisasi dan edukasi untuk menyelamatkan ternaknya. Itu untuk mempercepat penanganan juga. Di Sukoharjo, dari kapasitas 400 ekor, kemarin hanya terisi 14 persen. Hewan yang sakit harus diobati dulu,” ungkapnya.

Kasus PMK yang tinggi di Jawa Tengah, menurut Hariyanta, terjadi di beberapa daerah, termasuk Wonogiri, Blora, dan Sragen.

Bahkan, pasar ternak di Wonogiri ditutup dari tanggal 6 hingga 9 Januari 2025.

Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Sintong Hutasoit, menyatakan bahwa harga vaksin tertinggi mencapai Rp 25.000.

“Vaksin diberikan dua kali setahun sebagai booster, sehingga dengan Rp 50.000, kita bisa menyelamatkan aset ternak yang harganya mencapai Rp 15 juta,” ujarnya.

Sintong juga menegaskan bahwa meskipun terjadi peningkatan kasus PMK, saat ini situasinya belum mengkhawatirkan.

“PMK ini sudah endemis, jadi harus ada antisipasi. Adanya peningkatan kasus disebabkan oleh musim pancaroba dan masa vaksinasi, yang mengakibatkan daya tahan ternak menurun. Namun, sebelum divaksin, sudah muncul kasus,” jelasnya.

Sejak Desember 2024, kasus PMK di seluruh Pulau Jawa, termasuk Lampung, mengalami peningkatan, dengan 50.000 dosis vaksin sudah didistribusikan.

“Hewan yang sakit tidak boleh divaksin, harus diobati dulu sampai sembuh, diberi obat, antibiotik, dan vitamin,” tambahnya.

Sintong menekankan pentingnya penanganan PMK yang menyeluruh, melibatkan pelaku usaha dan perguruan tinggi.

“Asosiasi juga bergerak, swadaya membeli vaksin. Semua harus bekerja sama agar PMK tidak semakin merebak,” tutupnya. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *