Penyerbuan Al-Aqsa Kembali Terjadi, Ketegangan Memanas

YERUSALEM — Situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa kembali memanas setelah laporan otoritas administrasi Yerusalem menyebut adanya peningkatan aktivitas pemukim Israel di area suci tersebut. Pada Selasa (09/12/2025), sebanyak 182 pemukim dilaporkan memasuki kawasan Al-Aqsa dalam dua gelombang, yakni pada pagi dan sore hari, dengan pengawalan penuh dari personel Kepolisian Israel.

Otoritas administrasi Yerusalem dalam pernyataannya, seperti dikutip Anadolu Agency, Rabu (10/12/2025), menyampaikan bahwa para pemukim tersebut memaksa masuk ke kawasan yang selama ini menjadi titik sensitif konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Kehadiran mereka dianggap menambah tekanan terhadap situasi keamanan di salah satu situs paling penting bagi umat Muslim.

Di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, kelompok pemukim itu dilaporkan melakukan ritual Talmud di sekitar Dome of the Rock, bangunan bersejarah berkubah emas yang berada di pusat area Al-Aqsa.

“Israel Terus Gali Terowongan, Masjid Al-Aqsa Terancam Roboh!” demikian judul laporan terkait sebelumnya yang menyoroti meningkatnya aktivitas Israel di sekitar lokasi suci tersebut.

Aktivitas pemukim tersebut berlangsung di bawah pengawasan ketat polisi Israel. Kehadiran aparat keamanan dalam setiap penyerbuan dianggap oleh otoritas lokal sebagai bentuk dukungan terhadap tindakan yang memperuncing ketegangan di wilayah pendudukan.

Selain pemukim, otoritas administrasi Yerusalem juga mencatat bahwa terdapat 778 wisatawan asing yang memasuki kompleks Al-Aqsa pada hari yang sama melalui gerbang yang dioperasikan langsung oleh otoritas Israel. Angka ini menambah panjang daftar kunjungan sepanjang November, yang mencapai 4.266 pemukim Israel dan sekitar 15.000 wisatawan asing.

Masjid Al-Aqsa sendiri memiliki posisi sakral bagi umat Muslim sebagai situs tersuci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Kompleks ini juga menjadi simbol nasional Palestina yang keberadaannya terus diperjuangkan di tengah konflik yang belum mereda. Sementara itu, umat Yahudi menyebut kawasan ini sebagai Temple Mount, yang diklaim sebagai lokasi dua kuil kuno.

Meski umat Yahudi diizinkan memasuki kompleks, aturan melarang mereka melakukan doa maupun ritual keagamaan di dalam area tersebut. Namun laporan mengenai ritual yang dilakukan pemukim Israel semakin sering mencuat dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak Israel menduduki Yerusalem Timur pada 1967 dan mencaplok seluruh kota pada 1980, sebagian besar komunitas internasional tidak mengakui legalitas pencaplokan tersebut. Karena itu, setiap aktivitas yang memperkuat kehadiran Israel di area sensitif seperti Al-Aqsa kerap menimbulkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk negara-negara mayoritas Muslim.

Penyerbuan pada 9 Desember ini menjadi satu dari rangkaian insiden yang mencerminkan meningkatnya ketegangan di Yerusalem Timur, sekaligus memperlihatkan betapa rapuhnya situasi di kawasan yang menjadi jantung konflik Palestina-Israel. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *