Perang di Sudan Makin Brutal, Pasar Sayur Dibombardir, Puluhan Tewas
KHARTOUM – Konflik bersenjata di Sudan semakin brutal. Sebuah pasar sayur di Omdurman, kota kembar ibu kota Khartoum, menjadi sasaran serangan udara dan tembakan artileri pada Sabtu (1/2/2025), menyebabkan puluhan korban jiwa.
Mengutip AFP, Senin (3/2/2025), Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan bahwa sedikitnya 56 orang tewas dan 158 lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Menteri Kebudayaan dan Juru Bicara Pemerintah Sudan, Khalid al-Aleisir, mengecam serangan itu, menyebut bahwa banyak korban adalah perempuan dan anak-anak. Ia menuding Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) sebagai pelaku serangan.
“Tindakan kriminal ini menambah catatan berdarah milisi RSF dan merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa tembakan artileri berasal dari wilayah barat Omdurman, yang masih berada di bawah kendali RSF. Serangan tersebut didukung oleh pesawat tanpa awak yang meluncurkan serangan udara ke area sipil.
“Peluru jatuh di tengah pasar sayur, itulah mengapa jumlah korban begitu banyak,” kata seorang warga setempat.
Serangan ini membuat rumah sakit di sekitar lokasi kewalahan. Seorang relawan di Rumah Sakit al-Nao mengatakan mereka sangat membutuhkan kain kafan, donor darah, serta tandu untuk mengangkut korban luka.
Di tempat terpisah, serangan udara di wilayah yang dikuasai RSF di Khartoum juga menewaskan dua warga sipil dan melukai puluhan lainnya, menurut laporan Ruang Tanggap Darurat (Emergency Response Room/ERR), kelompok relawan yang menangani korban perang di Sudan.
Perang antara tentara nasional Sudan dan RSF meletus pada April 2023 akibat ketegangan terkait integrasi pasukan paramiliter ke dalam angkatan bersenjata reguler. Konflik ini telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi.
Serangan di Omdurman terjadi sehari setelah pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Daglo, berjanji akan merebut kembali ibu kota dari tangan militer Sudan. Bulan lalu, tentara Sudan berhasil merebut beberapa pangkalan strategis di Khartoum, termasuk markas besar mereka sebelum perang, yang membuat RSF semakin terdesak ke pinggiran kota.
“Kami telah mengusir mereka dari Khartoum sebelumnya, dan kami akan melakukannya lagi,” ujar Daglo dalam sebuah video yang ditujukan kepada pasukannya.
Menurut PBB, pertempuran yang berkepanjangan ini telah mengubah ibu kota Sudan menjadi kota yang porak-poranda. Sedikitnya 3,6 juta warga terpaksa mengungsi, sementara 106.000 orang diperkirakan mengalami kelaparan akut. Sekitar 3,2 juta lainnya menghadapi ancaman kelaparan parah akibat konflik yang terus berlanjut. []
Redaksi02