Permen Haribo Ditarik dari Peredaran di Belanda, Diduga Terkontaminasi Ganja

NETHERLAND — Otoritas Keamanan Pangan dan Produk Konsumen Belanda (NVWA) memerintahkan penarikan sejumlah produk permen Haribo dari pasaran setelah ditemukannya kandungan ganja dalam beberapa kemasan. Langkah ini dilakukan sebagai respons atas laporan masyarakat, termasuk anak-anak, yang mengalami gejala sakit setelah mengonsumsi permen tersebut.
Insiden mencuat usai satu keluarga di Belanda melaporkan bahwa beberapa anggota mereka mengalami gangguan kesehatan pasca menyantap Haribo Happy Cola F!ZZ. Penelusuran awal oleh NVWA mengonfirmasi adanya jejak tetrahydrocannabinol (THC), zat psikoaktif utama dalam ganja, pada sampel produk.
“Bagaimana zat ini bisa masuk ke dalam permen masih belum jelas,” ujar juru bicara NVWA kepada kantor berita ANP, sebagaimana dikutip dari Newsweek, Sabtu (31/5/2025).
Ia menambahkan bahwa kepolisian sedang melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap sumber kontaminasi.
Tiga kemasan seberat 1 kilogram dari batch produksi tertentu dinyatakan positif mengandung jejak ganja. Kemasan yang terkontaminasi memiliki tanggal kadaluarsa Januari 2026 dengan kode produksi L341-4002307906.
Meskipun jumlahnya terbatas, NVWA menetapkan peringatan keselamatan dan penarikan penuh produk tersebut sebagai bentuk kehati-hatian.
Masyarakat yang memiliki permen dengan batch tersebut diminta tidak mengonsumsinya dan segera mengembalikannya kepada produsen. NVWA menegaskan bahwa pengembalian tidak dilakukan melalui gerai penjualan, tetapi langsung ke Haribo sebagai produsen.
Menanggapi kejadian ini, pihak Haribo, produsen permen asal Jerman, mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan komitmen mereka terhadap keamanan konsumen.
“Keselamatan konsumen adalah prioritas utama kami. Haribo menanggapi insiden ini dengan sangat serius dan langsung melakukan penarikan produk di Belanda,” demikian pernyataan tertulis perusahaan yang disampaikan kepada Newsweek.
Perusahaan juga menyatakan tengah bekerja sama secara penuh dengan otoritas Belanda guna mendukung investigasi dan menemukan penyebab pasti dari kontaminasi tersebut.
Juru bicara Kepolisian Belanda, Chantal Westerhoff, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan fokus pada dua aspek: kemungkinan kelalaian dalam proses produksi serta potensi sabotase.
“Kami ingin mengetahui secara pasti bagaimana zat ini bisa masuk ke dalam produk dan bagaimana produk tersebut beredar di pasar,” ujar Westerhoff.
Institut Forensik Nasional Belanda juga telah dilibatkan untuk menganalisis kandungan kimia dalam sampel permen yang tercemar. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi dasar penindakan lebih lanjut apabila ditemukan unsur pidana.
Hingga saat ini, belum ada laporan tambahan mengenai korban baru. Namun, mengingat produk makanan dengan potensi kontaminasi narkotika sangat berisiko terutama bagi anak-anak, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mengikuti imbauan penarikan produk dari otoritas secara saksama.
Kasus ini menarik perhatian luas dari media nasional dan internasional, serta menjadi pengingat bagi industri pangan akan pentingnya pengawasan mutu dan keamanan dalam seluruh rantai produksi. []
Nur Quratul Nabila A