Pernyataan Pezeshkian Warnai Jelang Pertemuan Trump–Netanyahu

JAKARTA – Pernyataan keras Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengenai kondisi negaranya memicu perhatian luas di kancah internasional. Dalam pernyataan terbarunya, Pezeshkian menegaskan bahwa Iran saat ini berada dalam situasi yang ia sebut sebagai “perang skala penuh” melawan Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara Eropa. Klaim tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik kawasan Timur Tengah dan menjelang agenda penting pertemuan pemimpin dunia.

Dilansir AP News, Minggu (08/12/2025), pernyataan tersebut disampaikan Pezeshkian menjelang rencana pertemuan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dijadwalkan berlangsung pada Senin (29/12/2025). Menurut Pezeshkian, tekanan politik, ekonomi, dan militer yang dialami Iran saat ini merupakan bentuk upaya sistematis untuk melemahkan stabilitas negaranya.

Dalam pernyataannya yang dimuat di situs resmi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Pezeshkian menggambarkan kondisi yang dihadapi Iran sebagai situasi konflik yang kompleks dan menyeluruh, bahkan dinilainya lebih berat dibandingkan konflik bersenjata pada masa lalu.

“Kami berada dalam perang skala penuh dengan Amerika Serikat, Israel, dan Eropa, mereka tidak menginginkan negara kami tetap stabil,” kata Pezeshkian.

Ia menilai bahwa bentuk konflik yang kini dihadapi Iran tidak selalu berupa peperangan terbuka, melainkan mencakup tekanan ekonomi, sanksi internasional, perang informasi, serta ancaman keamanan yang berlapis. Pezeshkian menyebut kondisi tersebut lebih rumit dibandingkan perang Iran-Irak pada dekade 1980-an, yang menelan korban jiwa lebih dari satu juta orang di kedua pihak.

Pernyataan Presiden Iran itu disampaikan di tengah memori publik yang masih segar atas eskalasi konflik udara antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat pada Juni lalu. Dalam konflik tersebut, serangan Israel dan AS dilaporkan menewaskan hampir 1.100 warga Iran, termasuk sejumlah komandan militer senior dan ilmuwan nuklir. Iran kemudian melancarkan serangan balasan berupa rentetan rudal ke wilayah Israel, yang mengakibatkan 28 orang tewas.

Situasi ini memperkuat kekhawatiran bahwa ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Apalagi, isu Iran diperkirakan menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan Trump dan Netanyahu di Amerika Serikat.

Benjamin Netanyahu dijadwalkan melakukan kunjungan ke AS dan bertemu dengan Donald Trump di Florida pada Senin (29/12/2025). Pertemuan tersebut disebut-sebut akan membahas berbagai isu strategis, termasuk kelanjutan gencatan senjata Gaza yang dinilai masih rapuh. Selain itu, pembahasan mengenai Iran, hubungan keamanan regional, serta konflik dengan Hizbullah di Lebanon juga diperkirakan masuk dalam agenda.

Dilansir AFP, Minggu (28/12/2025), kunjungan ini menjadi pertemuan kelima Netanyahu dengan Trump sepanjang tahun ini. Pertemuan tersebut berlangsung di tengah upaya pemerintahan AS dan para mediator regional untuk mendorong implementasi tahap kedua gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Sebelumnya, Trump sempat mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut. “Dia ingin bertemu saya. Kami belum mengaturnya secara resmi, tetapi dia ingin bertemu saya,” kata Trump.

Media Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan bahwa agenda pertemuan kedua pemimpin itu mencakup berbagai isu kawasan, mulai dari Iran, potensi perjanjian keamanan Israel-Suriah, gencatan senjata dengan Hizbullah, hingga masa depan kesepakatan Gaza. Dalam konteks inilah, pernyataan Presiden Iran dinilai sebagai sinyal politik yang kuat menjelang dinamika diplomasi tingkat tinggi tersebut. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *