Pesawat Militer Sudan Jatuh di Khartoum, 10 Orang Tewas

KHARTOUM – Sebuah pesawat militer Sudan jatuh di pinggiran Ibu Kota Khartoum pada Selasa (25/2/2025) waktu setempat, menyebabkan 10 orang tewas, termasuk sejumlah perwira dan warga sipil.
Dalam pernyataan resminya, militer Sudan mengungkapkan bahwa pesawat tersebut mengalami kecelakaan saat lepas landas dari sebuah pangkalan udara. Insiden ini mengakibatkan korban jiwa dan melukai beberapa personel militer serta warga sipil di sekitar lokasi kejadian.
“Korban luka telah dilarikan ke rumah sakit, sementara tim pemadam kebakaran berhasil memadamkan api di lokasi kecelakaan,” demikian pernyataan militer Sudan, dikutip dari AFP.
Seorang sumber militer menyebutkan bahwa pesawat yang jatuh adalah Antonov dan kecelakaan diduga disebabkan oleh kerusakan teknis. Insiden ini terjadi di dekat pangkalan udara Wadi Seidna, yang merupakan salah satu pusat militer terbesar di Omdurman, wilayah yang termasuk dalam kawasan Khartoum Raya.
Komite Perlawanan Karari melaporkan bahwa 10 jenazah serta beberapa korban luka telah dibawa ke Rumah Sakit Al Nao di Omdurman. Saksi mata menyebutkan bahwa jatuhnya pesawat juga menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah di sekitar lokasi kejadian.
Warga di bagian utara Omdurman mengaku mendengar ledakan keras saat pesawat jatuh. Ledakan tersebut juga menyebabkan pemadaman listrik di beberapa lingkungan di sekitar lokasi kecelakaan.
Insiden ini terjadi hanya sehari setelah Pasukan Dukungan Cepat (RSF), kelompok paramiliter Sudan, mengaku bertanggung jawab atas jatuhnya sebuah jet tempur di Nyala, ibu kota Darfur Selatan. RSF menyatakan telah menembak jatuh pesawat Ilyushin buatan Rusia pada Senin (24/2/2025) pagi.
Sejak April 2023, Sudan dilanda konflik berkepanjangan antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan mantan wakilnya yang kini menjadi pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Daglo. Keduanya, yang dulunya merupakan sekutu, kini terlibat dalam perebutan kekuasaan yang brutal.
Konflik ini telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa serta kehancuran di berbagai wilayah Sudan. PBB bahkan menyebut konflik tersebut sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah dunia modern. []
Nur Quratul Nabila A