Pidato Trump di PBB: Janji Banyak, Bukti Minim

JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia internasional usai menyampaikan pidato bernada keras dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Selasa (23/09/2025) waktu setempat. Dalam pidato yang berlangsung hampir satu jam, Trump menegaskan pencapaian pemerintahannya sekaligus menuding PBB gagal menjalankan mandatnya sebagai lembaga global penjaga perdamaian.
Trump membuka pidatonya dengan menyindir pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden. Ia mengeklaim Amerika Serikat kini berada pada posisi terbaik sejak dirinya kembali berkuasa.
“Satu tahun lalu, negara kami dalam masalah besar. Tapi hari ini, hanya delapan bulan sejak pemerintahan saya, kita adalah negara terpanas di mana pun di dunia, dan tidak ada negara lain yang mendekati,” ujarnya.
Setelah memuji capaian dalam negeri, Trump mengalihkan sorotannya ke PBB. Ia mempertanyakan efektivitas organisasi internasional tersebut yang menurutnya hanya sibuk mengeluarkan pernyataan tanpa aksi nyata.
“Apa tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa? Organisasi ini punya potensi luar biasa. Tapi belum mendekati potensi itu. Untuk saat ini, yang mereka lakukan kebanyakan hanya menulis surat berbahasa tegas lalu tidak pernah menindaklanjutinya. Itu kata-kata kosong, dan kata-kata kosong tidak menyelesaikan perang,” tegasnya.
Trump juga menggambarkan dirinya sebagai sosok yang membawa perdamaian. Ia bahkan menyebut seharusnya dirinya layak menerima Nobel Perdamaian.
“Semua orang bilang saya seharusnya dapat Hadiah Nobel Perdamaian untuk setiap pencapaian ini,” ucapnya. “Tapi bagi saya, hadiah sebenarnya adalah anak-anak yang hidup untuk tumbuh bersama ibu dan ayah mereka karena jutaan orang tidak lagi dibunuh dalam perang tanpa akhir yang memalukan.”
Dalam isu geopolitik, Trump menyoroti perang Rusia-Ukraina. Ia memperingatkan Moskow akan menghadapi sanksi baru jika tidak membuka jalan perdamaian. Trump juga menekan negara-negara Eropa untuk berhenti mengimpor energi Rusia, sembari menuduh China dan India ikut memperpanjang konflik dengan membeli minyak Rusia.
Tak berhenti di situ, Trump menyerang PBB terkait isu migrasi global. Ia menilai lembaga tersebut gagal menyelesaikan krisis imigrasi dan justru memperburuk keadaan.
“Tidak hanya PBB gagal menyelesaikan masalah yang seharusnya mereka urus, terlalu sering justru menciptakan masalah baru untuk kita selesaikan,” ujarnya.
Dalam konteks perubahan iklim, Trump menegaskan kembali penolakannya terhadap kebijakan hijau global. Ia menyebut isu perubahan iklim sebagai “penipuan terbesar yang pernah ada” dan mengklaim keputusan keluar dari Perjanjian Paris adalah langkah tepat.
Terkait konflik Israel-Hamas, Trump menyerukan pembebasan segera para sandera dan menolak pengakuan sepihak terhadap Palestina. Ia menegaskan langkah itu hanya akan memberi keuntungan bagi Hamas.
Di bagian akhir, Trump menegaskan bahwa PBB harus membuktikan diri lewat tindakan nyata, bukan sekadar retorika. Menurutnya, hanya aksi konkret yang mampu mengakhiri perang dan krisis global. []
Diyan Febriana Citra.