Polisi Selidiki Kasus Pria Asal Bandung yang Tewas di Rumah Penuh Sampah
PATI — Penemuan jasad seorang pria asal Bandung, Jawa Barat, di dalam rumahnya di Desa Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (25/10/2025), menimbulkan keprihatinan mendalam. Pria yang diketahui bernama YL itu ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di antara tumpukan sampah yang memenuhi hampir seluruh ruangan rumah.
Petugas kepolisian bersama tim BPBD dan medis yang tiba di lokasi harus bekerja keras mengevakuasi jenazah karena kondisi rumah yang sangat sempit dan dipenuhi limbah rumah tangga. Lantai hingga dinding ruangan dipenuhi sampah plastik, kardus bekas, dan sisa makanan yang menumpuk bertahun-tahun.
Kapolsek Margorejo, AKP Dwi Kristiawan, mengonfirmasi bahwa korban merupakan warga asal Bandung yang sudah lama menetap di perumahan tersebut dan hidup seorang diri. “Kami temukan satu mayat laki-laki, asalnya dari Bandung, sudah lama tinggal di perumahan sini. Korban tinggal seorang diri,” ujarnya dikutip dari Tribunbanyumas.com.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Polisi memperkirakan korban telah meninggal dunia sejak empat hari sebelum ditemukan. Tim Inafis Polresta Pati masih melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti kematian dan mencari keberadaan keluarga korban di Bandung.
Warga sekitar yang pertama kali menemukan korban mengaku curiga setelah mencium bau busuk menyengat selama beberapa hari. Prihanto, salah satu tetangga, menuturkan bahwa bau tersebut semula dikira berasal dari bangkai binatang. “Ada bau bangkai, saya cek di kolong mobil tidak ada tikus. Tapi ada lalat-lalat mengarah ke kamar depan. Saya pun curiga korban sudah meninggal. Saat kami buka pintu, di dalam banyak sampah dan korban ada di kamar depan,” tuturnya.
Sosok YL dikenal tertutup. Ia mulai menempati rumah itu sejak 2017 dan sempat bekerja di pabrik gula. Namun setelah berhenti, YL dikabarkan jarang keluar rumah. “Setelah itu tidak pernah keluar rumah selama 8 tahun, kecuali hanya untuk menerima pesanan makanan,” tambah Prihanto. Selama itu pula, warga tidak pernah melihat ada anggota keluarganya datang berkunjung.
Kondisi rumah yang dipenuhi sampah memunculkan dugaan bahwa korban mengalami gangguan mental yang dikenal sebagai Hoarding Disorder atau gangguan menimbun barang. Gangguan ini menyebabkan seseorang merasa sulit membuang barang, bahkan yang tidak memiliki nilai guna, karena merasa akan membutuhkannya di masa depan.
Pakar kesehatan jiwa menjelaskan, penderita Hoarding Disorder kerap menarik diri dari lingkungan sosial dan hidup dalam kondisi rumah yang tidak layak. Terapi perilaku kognitif dan pemberian obat antidepresan jenis Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) menjadi metode umum untuk membantu penderita mengendalikan kebiasaan tersebut.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa masalah kesehatan mental dapat menimbulkan dampak serius jika tidak ditangani dengan baik. Polisi kini masih berupaya menghubungi pihak keluarga korban dan melanjutkan penyelidikan atas kematiannya. []
Siti Sholehah.
