Polisi Usut Video Diduga Bullying di Bekasi

BEKASI – Sebuah video yang memperlihatkan seorang pelajar menangis histeris di pangkuan orang tuanya viral di media sosial dan memicu perhatian publik. Pelajar tersebut diduga menjadi korban perundungan atau bullying di kawasan Bojongmenteng, Rawalumbu, Bekasi, hingga membuatnya menolak untuk kembali bersekolah.

Dalam video yang dilihat detikcom pada Kamis (20/11/2025), tampak anak tersebut menangis keras sambil memeluk orang tuanya. Dia terlihat emosional dan mengaku mendapat tekanan dari lingkungan sekolahnya. “Abang disuruh satu lawan satu,” ucapnya sambil menangis. Ucapan itu memperlihatkan adanya dugaan ajakan duel atau kekerasan fisik yang dialaminya.

Masih dalam video yang sama, pelajar tersebut kembali mengungkapkan penolakannya untuk kembali menjalani aktivitas pendidikan. “Nggak mau sekolah,” katanya dalam tangisan yang semakin histeris.

Video tersebut kemudian menuai respons luas dari warganet yang menaruh keprihatinan atas kondisi kesejahteraan psikologis anak tersebut. Narasi dalam video menyebut dugaan bahwa korban mengalami kekerasan fisik dan intimidasi oleh teman sebaya, sehingga membuatnya trauma dan enggan bersekolah.

Menanggapi viralnya peristiwa itu, aparat kepolisian bergerak cepat. Kasat Reskrim Polres Bekasi Kota, AKBP Braiel Arnold Rondonuwu, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menangani kasus tersebut. Ia menyampaikan bahwa korban sudah menjalani visum sebagai bagian dari proses penyelidikan.

“Sudah ditangani Polres, yang bersangkutan sudah di visum, sekarang sedang diminta keterangan,” ujar AKBP Braiel saat dikonfirmasi, Kamis (20/11/2025).

Kendati demikian, polisi belum bisa memastikan apakah peristiwa tersebut benar-benar merupakan tindakan bullying. AKBP Braiel menyatakan bahwa pihaknya masih terus melakukan pendalaman dengan meminta keterangan dari berbagai pihak terkait, termasuk korban dan saksi lainnya.

“Sementara diminta keterangan, saya belum bisa menyimpulkan (apakah benar perundungan),” tuturnya.

Kasus ini menjadi sorotan karena menunjukkan potensi gangguan psikologis yang dialami anak akibat tekanan sosial dan kekerasan di lingkungan pendidikan. Bullying, baik secara verbal, fisik, maupun mental, kerap menjadi ancaman serius bagi tumbuh kembang anak dan suasana aman di sekolah.

Warganet mendesak agar insiden tersebut ditangani secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi hukum, tetapi juga dari segi pemulihan psikologis pelajar. Sejumlah pihak meminta sekolah dan dinas pendidikan turut berperan aktif dalam mengusut kasus ini serta memastikan lingkungan belajar yang aman, sehat, dan inklusif.

Kasus ini juga menjadi pengingat akan pentingnya peran orang tua, guru, dan aparat dalam memberikan perlindungan maksimal kepada anak-anak, terlebih ketika mereka menghadapi tekanan sosial dan kekerasan di lingkungan sekolah. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *