Ponpes di Jombang Bantah Dugaan Bullying, Sebut Tiga Santri Kabur karena Utang Layangan

JOMBANG – Pimpinan sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, membantah kabar yang menyebut tiga santrinya kabur karena menjadi korban perundungan (bullying).

Pihak ponpes menyebut, ketiganya meninggalkan pondok karena terlibat utang piutang terkait mainan layangan dengan teman sekolah.

Ketua Pengurus Ponpes, Sulton Haikal, menjelaskan bahwa ketiga santri tersebut, masing-masing berinisial AF (12), AH (10), dan AM (12), tercatat sebagai pelajar sekolah dasar (SD) yang bersekolah di luar lingkungan pondok.

Menurutnya, salah satu dari mereka memiliki utang sebesar Rp45 ribu kepada teman sekelasnya dan tidak mampu membayar tepat waktu.

“Santri yang bersangkutan takut ditagih, lalu mengajak dua temannya kabur dari pondok sambil membawa pakaian,” ujar Sulton saat dikonfirmasi pada Jumat (25/7/2025).

Tiga santri tersebut dilaporkan kabur dari ponpes pada Selasa (22/7/2025). Mereka sempat menuju Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, menggunakan becak.

Warga yang curiga dengan keberadaan ketiganya kemudian melapor ke Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Mojoagung.

Petugas Damkar, Riza Maulana, menyebut bahwa ketiga anak itu mengaku kabur karena menjadi korban perundungan oleh kakak kelasnya.

“Kami menerima laporan sekitar pukul enam pagi. Anak-anak itu bilang mereka dibully,” jelas Riza.

Namun, Sulton menyatakan bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar dan lebih didorong oleh rasa takut serta keinginan anak-anak untuk mencari pembenaran.

“Namanya juga anak-anak. Saat ketakutan, mereka kadang menyampaikan hal yang tidak sesuai. Mereka bilang dibully, padahal yang sebenarnya terjadi adalah persoalan utang layangan,” ujarnya.

Sulton menambahkan bahwa setelah ketiga santri dikembalikan ke ponpes oleh petugas, pihak penagih utang—yang merupakan teman sekolah mereka—datang langsung ke pondok untuk menagih.

“Alhamdulillah, utangnya sudah saya lunasi,” katanya.

Ia juga mengaku baru mengetahui persoalan tersebut setelah ditelepon oleh pihak Damkar.

“Saya kaget saat ditelepon, diberi tahu bahwa anak-anak itu ada di pos Damkar,” tutur Sulton.

Pihak ponpes menyatakan bahwa saat ini ketiga santri telah kembali beraktivitas seperti biasa.

Mereka masih berada di lingkungan ponpes dan mengikuti kegiatan belajar serta bermain sepak bola.

“Di ponpes kami hampir tidak pernah ada kejadian bullying. Lingkungan kami aman dan mendukung pembinaan karakter santri,” tegas Sulton. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *