Presiden Ferdinand dan Dinasti Duterte Diambang Perpecahan
FILIPINA – Aliansi politik Filipina Uniteam, antara Presiden Ferdinand Bongbong Marcos Jr, dengan dinasti Duterte, disebut berada di ambang perpecahan. Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte, mengancam akan menggulingkan Marcos Jr dari kursi presiden, jika dia amandemen konstitusi soal masa jabatan presiden.
Anak perempuan Duterte, Sara Duterte, saat ini menjabat sebagai wakil presiden (Wapres) mendampingi Marcos Jr, usai terpilih dengan dukungan nyaris 62 persen suara pada pemilu 2022 lalu. Bongbong Marcos, disebut mendukung perubahan konstitusi Filipina. Rencana perubahan konstitusi yang akan membuka jalan bagi perpanjangan masa jabatan presiden itu, disebut bertujuan untuk menarik investor asing dan mendongkrak perekonomian di Filipina.
Melalui rencana perubahan konstitusi ini, jabatan presiden Filipina yang hanya bisa menjabat selama satu periode atau enam tahun, kemungkinan bisa diperpanjang. Namun rencana ini mendapat tentangan dari Senat dan keluarga Duterte, yang menyebut Bongbong Marcos melakukan pengkhianatan.
Ayah Presiden Bongbong, Ferdinand Marcos Sr, adalah diktator yang memerintah Filipina selama lebih dari dua dekade. Marcos Sr digulingkan oleh Revolusi Kekuatan Rakyat pada, Februari 1986. Akibat tragedi itu, keluarga Marcos terpaksa meninggalkan Filipina dan mengasingkan diri di Hawaii.
Pada tahun 1987 atau setahun setelah Marcos Sr digulingkan, Filipina mengesahkan konstitusi yang menyatakan bahwa presiden hanya dapat menjabat satu kali dengan masa jabatan enam tahun. Pengesahan Konstitusi 1987 ini bertujuan untuk melindungi negara dari kediktatoran.
Konstitusi ini yang ingin diubah dan mendapat dukungan dari Bongbong Marcos. Perubahan konstitusi itu didukung Bongbong dengan dalih demi menarik investor asing. “Konstitusi perlu diubah, untuk dunia yang terglobalisasi,” kata Marcos Jr pekan lalu.
Bongbong menegaskan amandemen konstitusi itu diperlukan untuk meminimalisir pembatasan bagi investor asing dan memikat lebih banyak pebisnis. Di tengah pro kontra rencana perubahan konstitusi ini, Rodrigo Duterte menyebut Bongbong Marcos sebagai pecandu narkoba yang berisiko digulingkan dari jabatannya.
“Bongbong Marcos sedang mabuk saat itu. Sekarang dia adalah presiden, dia masih mabuk. Ada seorang presiden yang kecanduan narkoba,” kata Duterte. Duterte bahkan menuduh Marcos Jr masuk dalam daftar badan penegakan narkoba Filipina. Namun badan tersebut telah membantah isu tersebut, Kamis (01/02/2024).
Putra Duterte yang juga menjabat sebagai Wali Kota (Wakot) Davao, Sebastian Duterte, juga ikut berkomentar. Dia menyebut Bongbong sebagai pemalas. Sebastian menuduh Marcos membahayakan warga Filipina yang tidak bersalah, dengan mengizinkan orang Amerika masuk melalui perluasan akses AS ke pangkalan militer di Filipina.
“Dia mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri daripada fokus pada pekerjaan. Pak Presiden jika tidak ada rasa cinta dan masa depan terhadap bangsa, mundur lah,” ujar Sebastian. Sara Duterte yang kini menjabat sebagai wapres Bongbong, juga secara terbuka menentang beberapa kebijakan Marcos Jr. Salah satunya soal perundingan damai dengan pemberontak komunis, yang dia anggap sebagai, kesepakatan dengan setan.
Jajak pendapat baru dari firma WR Numero Research, menyebut elektabilitas Sara Duterte memang cukup tinggi untuk pemilihan umum Filipina pada tahun 2028 mendatang. Hampir 36 persen responden survei di Filipina pada, Desember lalu mengatakan bakal memilih Sara Duterte jika pemilu diadakan sekarang. Sara bahkan sudah memimpin survei bakal calon presiden sejak 2022 lalu.
Di Filipina, presiden dan wapres terpilih secara terpisah. Sara Duterte memenangkan kursi wapres pada pemilu 2022 dengan 32,21 juta suara. Perolehan suara Sara bahkan lebih besar dari Presiden Marcos Jr yang meraih 31,32 juta suara pada pemilu tersebut.
Redaksi01