Program “Semarang Bersih” Capai Kemajuan Signifikan dalam 100 Hari Kerja

SEMARANG — Pemerintah Kota Semarang di bawah kepemimpinan Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti dan Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin menunjukkan capaian nyata dalam program prioritas “Semarang Bersih” selama 100 hari kerja pertama. Program ini menjadi salah satu dari lima prioritas pembangunan Kota Semarang dalam lima tahun ke depan.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Sabtu (31/5/2025) dan disampaikan secara resmi pada Senin (2/6/2025), Wali Kota Agustina menjelaskan bahwa program “Semarang Bersih” bertujuan menciptakan sistem pengelolaan sampah secara komprehensif dari hulu hingga hilir, mengingat tingginya volume sampah harian yang mencapai 850 ton di TPA Jatibarang.
“Program ini hadir sebagai solusi menyeluruh, dimulai dari membangun kesadaran masyarakat hingga perbaikan sistem pengangkutan dan pengolahan sampah,” ujar Agustina.
Di tingkat hulu, sejumlah program edukatif dan partisipatif telah dijalankan, antara lain Gerakan Pilah Sampah, Budidaya Maggot, Komposting, Ecoenzym, Ecobrick, Tabungan Sampah, Biopori, hingga Gerakan Semarang Wegah Nyampah.
Selain itu, kompetisi dan program tukar sampah dengan sembako turut mendorong kesadaran kolektif masyarakat.
Sementara itu, pada tingkat hilir, Pemerintah Kota fokus memperbaiki infrastruktur dan sistem logistik, seperti rehabilitasi TPA Jatibarang, penyediaan truk sampah, serta persiapan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PSEL).
Agustina menyoroti kebutuhan 139 truk sampah agar sistem pengangkutan berjalan optimal. Tahun lalu, Pemkot telah menambah lima truk arm-roll dan memperbaiki sejumlah kontainer.
“Kami ingin menjajaki kerja sama dengan koperasi lokal seperti Koperasi Merah Putih agar turut berperan dalam pengadaan truk sampah,” imbuhnya.
Selama 100 hari, partisipasi masyarakat meningkat pesat, dengan 278.006 rumah tangga (48%) aktif memilah sampah. Sebanyak 1.074 bank sampah telah terbentuk, melibatkan 35.411 SDM, serta menghasilkan dampak ekonomi sirkular sebesar Rp 570 juta lebih dari pengelolaan 221.299 ton sampah.
Berbagai inovasi lokal pun muncul, seperti “Gerakan Semut Mlampah” di Semarang Utara, “Gumregah” di Banyumanik, lomba konten pengelolaan sampah di Semarang Barat, hingga pengolahan plastik menjadi paving block dan akuarium dari galon bekas.
“Kami mengapresiasi kerja keras semua pihak dan antusiasme warga. Ini bukti nyata bahwa visi Semarang bersih dan berkelanjutan bukan sekadar wacana,” pungkas Agustina. []
Nur Quratul Nabila A