Puluhan Murid SD di Pesisir Selatan Terpaksa Belajar di Lantai, Bangku dan Meja Hanyut Akibat Banjir

PESISIR SELATAN — Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri 31 Kampuang Tanjung, Nagari Duku Utara, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, terpaksa mengikuti kegiatan belajar-mengajar di lantai tanpa menggunakan bangku dan meja.
Kondisi ini terjadi sejak sekolah tersebut terdampak banjir besar pada Maret 2024.
“Banyak perabot sekolah hanyut dan rusak setelah banjir. Orangtua murid terpaksa menyediakan karpet dan meja kecil secara swadaya, tapi tidak semua mampu,” ujar seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (18/7/2025).
Kondisi tanpa sarana pembelajaran memadai ini terjadi di tiga ruang kelas, yaitu kelas II, III, dan V. Sejumlah siswa harus belajar di atas lantai karena keterbatasan fasilitas yang belum pulih sejak bencana melanda.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan, Salim Muhaimin, membenarkan bahwa kerusakan sarana pendidikan itu merupakan dampak langsung dari banjir yang melanda wilayah tersebut tahun lalu.
“Benar, sekolah itu termasuk yang terdampak cukup parah. Banyak sarana rusak, termasuk bangku dan meja belajar. Saat itu, pihak kementerian sudah meninjau dan meminta proposal bantuan,” jelas Salim.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah menyusun dan mengajukan proposal pengadaan ulang sarana-prasarana ke Kementerian Pendidikan pascabencana.
Namun, hingga kini bantuan dari pusat tak kunjung terealisasi.
“Dari informasi yang kami terima, tidak turunnya bantuan terkait efisiensi anggaran. Oleh karena itu, kami usulkan kembali melalui APBD Pesisir Selatan tahun 2025,” ujarnya.
Namun, pengajuan tersebut sempat terkendala oleh penyesuaian standar satuan harga barang, sehingga belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat.
Salim menyampaikan bahwa pihaknya kembali mengajukan anggaran pengadaan melalui perubahan APBD 2025.
“Kami berharap usulan dalam APBD perubahan ini dapat disetujui. Dalam waktu dekat, kami akan tinjau langsung ke lapangan dan cari solusi sementara, apakah dengan meminjam bangku dari sekolah lain atau menggunakan karpet pengganti,” tambah Salim.
Fenomena siswa belajar di lantai ini menyoroti pentingnya kecepatan respons pascabencana terhadap infrastruktur pendidikan.
Selain berdampak pada kenyamanan, kondisi ini juga berpotensi menurunkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir besar pada Maret 2024 lalu menimbulkan kerusakan luas di sejumlah fasilitas umum dan menewaskan puluhan warga.
Hingga kini, upaya pemulihan pascabencana masih berlangsung secara bertahap, termasuk di sektor pendidikan. []
Nur Quratul Nabila A