Ratusan Orang Demo Tolak Proyek Jared Kushner di Beograd
BEOGRAD – Ratusan warga Serbia turun ke jalan pada Selasa (11/11/2025) menentang rencana pembongkaran bekas markas tentara di pusat ibu kota, Beograd. Bangunan yang menjadi saksi serangan udara NATO pada perang Kosovo itu akan diubah menjadi kompleks hotel mewah, proyek yang dikaitkan dengan Jared Kushner, menantu mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Demonstrasi yang dipimpin mahasiswa itu berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan publik terkait keputusan pemerintah Serbia. Empat hari sebelumnya, parlemen menyetujui undang-undang khusus yang mengklasifikasikan proyek tersebut sebagai pembangunan mendesak, sehingga mempercepat proses perizinan dan memungkinkan dimulainya konstruksi tanpa melalui prosedur panjang.
Kushner, yang juga merupakan mantan penasihat senior Donald Trump, menjalankan proyek ini melalui perusahaan investasinya Affinity Partners. Pada 2024, perusahaan tersebut menandatangani perjanjian sewa selama 99 tahun atas lahan bekas markas besar Angkatan Darat Yugoslavia itu, setelah status perlindungan bangunan sebagai aset budaya dicabut oleh pemerintah Serbia.
Namun, pencabutan status tersebut menimbulkan kecurigaan publik. Beberapa pihak menilai ada dugaan pemalsuan dokumen dalam proses hukum yang memungkinkan penghapusan status perlindungan itu. Akibatnya, proyek sempat dihentikan sementara pada Mei 2025 untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Mereka sekarang dapat menghancurkan bangunan ini secara legal, tetapi kami tidak akan mengizinkannya,” ujar seorang mahasiswa, Valentina Moravcevic, kepada televisi lokal N1 saat aksi berlangsung. Ia menegaskan, masyarakat menolak upaya pemerintah mengorbankan warisan sejarah demi kepentingan komersial. “Kami di sini untuk memberi tahu mereka bahwa sejarah dan warisan budaya kami penting bagi kami,” tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah Serbia menilai proyek ini membawa manfaat besar bagi ekonomi nasional. Presiden Aleksandar Vucic menyebut kerja sama dengan Affinity Partners akan mendatangkan investasi asing senilai sedikitnya 650 juta euro (sekitar Rp11,7 triliun). “Kita memberikan tanahnya, dan mereka menyediakan investasi besar bagi negara kita,” kata Vucic kepada televisi pro-pemerintah, Pink TV.
Vucic juga menegaskan bahwa proyek tersebut bukan penjualan aset negara, melainkan perjanjian sewa jangka panjang. Ia optimistis pembangunan hotel itu akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan dan meningkatkan nilai ekonomi kawasan Beograd. “Nilainya akan segera mencapai lebih dari satu miliar euro,” ujarnya.
Selain Affinity Partners, proyek ini juga melibatkan Eagle Hills, perusahaan pengembang asal Uni Emirat Arab yang sebelumnya menggarap proyek besar di tepi Sungai Sava, Beograd Waterfront. Namun, seperti proyek sebelumnya, rencana ini kembali menimbulkan perdebatan publik antara mereka yang mendukung modernisasi kota dan pihak yang menuntut pelestarian sejarah.
Bagi sebagian warga, bekas markas tentara tersebut bukan sekadar bangunan, melainkan simbol penting sejarah nasional yang mengingatkan pada konflik berdarah di Balkan. Perdebatan pun terus berlanjut—antara kebutuhan ekonomi dan upaya menjaga identitas sejarah Serbia yang mulai terkikis oleh kepentingan investasi global. []
Siti Sholehah.
