Ratusan Ribu Warga Israel Turun ke Jalan, Tuntut Gencatan Senjata

TEL AVIV – Ratusan ribu warga Israel menggelar aksi protes terbesar sejak perang Gaza pecah.

Massa mendesak pemerintah di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mencapai gencatan senjata yang menjamin pembebasan sekitar 50 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

Aksi dipusatkan di Hostages Square, Tel Aviv, namun juga berlangsung di berbagai kota lain.

Demonstrasi melibatkan blokade jalan raya, penutupan bisnis, hingga orasi di depan rumah pejabat pemerintah.

Penyelenggara menyebut lebih dari satu juta orang ikut serta sepanjang hari.

“Tuntutan kami jelas: hentikan perang dan kembalikan mereka hidup-hidup,” kata Vicky Cohen, ibu dari salah satu sandera, Senin (18/8/2025).

Di panggung utama, video sandera Matan Zangauker diputar.

Ibunya, Einav, menyampaikan pesan emosional yang menuding Netanyahu gagal menunjukkan komitmen nyata.

“Mereka telah mengubah perang paling adil menjadi perang sia-sia. Jika Netanyahu ingin kesepakatan, ajukan proposal komprehensif sekarang juga,” tegas Einav.

Forum Keluarga Sandera turut menyampaikan pernyataan keras, menuduh pemerintah bersembunyi di balik kalkulasi politik.

Sebagai bentuk protes lanjutan, forum berencana mendirikan kamp “Waypoint 50” di perbatasan Gaza untuk menekan pemerintah.

Selain unjuk rasa, sejumlah perusahaan teknologi, firma hukum, dan universitas melakukan mogok nasional.

Meski serikat buruh Histadrut tidak bergabung secara resmi, anggotanya diberi kebebasan ikut serta.

“Hari ini kami hentikan semuanya untuk menyelamatkan nyawa 50 sandera,” kata Anat Angrest, ibu dari salah satu sandera.

Namun, aksi massa diwarnai ketegangan. Polisi Israel menggunakan meriam air dan menangkap puluhan demonstran di Tel Aviv serta Yerusalem.

Dalam rapat kabinet, Netanyahu menilai aksi massa justru melemahkan posisi Israel.

“Mereka yang menyerukan akhir perang tanpa menyingkirkan Hamas hanya memperkeras sikap Hamas dan memastikan horor 7 Oktober akan berulang,” ujarnya.

Sejumlah menteri koalisi kanan Israel juga mengecam aksi protes.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyebut mogok sebagai “kampanye berbahaya yang mengubur sandera di terowongan Hamas,” sementara Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menilainya sebagai “manuver politik yang melemahkan Israel.”

Militer Israel sendiri tengah menyiapkan ofensif baru ke Gaza City, meski langkah itu dikhawatirkan membahayakan para sandera. Dari 50 orang, diperkirakan hanya 20 yang masih hidup.

“Tidak ada kemenangan di atas mayat sandera,” teriak massa di Tel Aviv.

Protes ini menambah tekanan politik terhadap Netanyahu, yang kini dihadapkan pada tuntutan keluarga sandera, tekanan internasional, dan potensi retaknya koalisi pemerintahan.

“Sudah 22 bulan mimpi buruk ini berlangsung. Saatnya diakhiri,” kata Cohen, mewakili keluarga sandera. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *