Relokasi & Pandemi, Omzet Pasar Gembrong Anjlok 70%

JAKARTA — Dahulu dikenal sebagai “surga mainan” anak‐anak, Pasar Gembrong di Jakarta Timur kini menampilkan wajah nyaris suram. Deretan kios yang dulu padat pengunjung—terutama pada libur sekolah atau Lebaran—sekarang lebih sering tutup rapat.
Saat Kompas.com meninjau lokasi pada Senin (23/6/2025) sekitar pukul 10.00 WIB, hanya belasan kios di dekat pintu masuk yang beroperasi; selebihnya gelap tanpa lampu, terutama di lorong bagian dalam dan lantai dua.
“Sejak Corona, lalu ditambah relokasi karena jalan Tol Becakayu, pendapatan menurun drastis. Akses ke sini juga lebih sulit, dulu ramai di lokasi lama karena aksesnya gampang,” ujar Agus (57), pedagang mainan, sembari merapikan kotak mobil‐mobilan di kiosnya.
Pada 2018 para pedagang Pasar Gembrong dipindahkan ke lokasi sekarang karena proyek Tol Bekasi–Cawang–Kampung Melayu (Becakayu). Perubahan rute lalu lintas membuat pasar terpisah dari arus utama pengunjung.
Ketika pandemi Covid-19 melanda, situasi kian terpuruk; omzet Agus, misalnya, disebut anjlok sekitar 70 persen—ia enggan memerinci angka rupiahnya.
“Hampir 70 persen langganan saya itu pedagang kecil yang kulakan untuk dijual di sekolah‐sekolah. Kalau sekolah libur, ya tamat kita. Napas kita ada di sekolahan,” keluhnya.
Nasib serupa dialami Ifah (46), penjual boneka yang menggantungkan harapan pada penjualan daring.
“Untuk pengunjung ya begini‐begini saja, tidak terlalu ramai. Kebanyakan pesanan saya dari online dan pelanggan tetap. Kalau pedagang baru, agak susah cari pembeli,” tuturnya sambil memeriksa notifikasi ponsel.
Lorong‐lorong kosong dan kios berhias terpal menimbulkan kesan muram di pasar yang pernah menjadi ikon belanja mainan Ibu Kota. Lampu mati di area dalam memperburuk suasana; beberapa pedagang memilih duduk bersandar, menunggu pembeli yang tak kunjung datang.
Agus dan Ifah berharap pemerintah turun tangan—minimal lewat promosi terintegrasi, perbaikan akses jalan, dan subsidi sewa kios—agar roda ekonomi pasar kembali berputar.
“Enggak ramai aja sekarang. Harapannya ramai semua pedagang, semoga ada perhatian,” kata Agus.
“Belum sih perhatian pemerintah. Tapi ya ingin ramai lagi seperti dulu,” tambah Ifah.
Pasar Gembrong pernah menarik pembeli lintas segmen, dari pedagang eceran hingga pesohor.
Kini, relokasi dan perubahan pola belanja pascapandemi memaksa pedagang beradaptasi atau gulung tikar. Tanpa intervensi konkret, “surga mainan” itu terancam tinggal cerita nostalgia. []
Nur Quratul Nabila A