Rentetan Kasus Keracunan Pelajar Cederai Program Makan Bergizi Gratis

JAKARTA — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi pelajar menuai sorotan tajam, setelah sejumlah kasus keracunan massal dilaporkan di berbagai daerah.
Sejumlah siswa dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah mengalami gejala serupa usai menyantap makanan MBG, seperti mual, muntah, diare, hingga pusing.
Insiden paling banyak tercatat di Provinsi Jawa Barat, namun kejadian serupa juga terjadi di Sulawesi Tenggara dan Jawa Tengah. Dugaan awal mengarah pada penyimpanan dan distribusi makanan yang kurang higienis serta kualitas bahan pangan yang tidak layak konsumsi.
Kasus terbaru terjadi di SMP Negeri 35 Bandung, di mana 342 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap makan siang MBG, Kamis (1/5/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, menyatakan gejala muncul dalam rentang waktu 30 menit hingga delapan jam setelah konsumsi makanan. Saat ini, tim investigasi telah turun ke lapangan untuk menelusuri dapur penyedia dan mengambil sampel makanan.
Di Tasikmalaya, Jawa Barat, 24 siswa dari TK, SD, dan SMP di Kecamatan Rajapolah mengalami gejala serupa pada hari yang sama. Delapan siswa dirawat inap, dan satu dirujuk ke rumah sakit. Menu sayur labu yang dikonsumsi diduga menjadi pemicu keracunan.
Sementara itu, di Kabupaten Cianjur, sekitar 21 siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 mengalami mual dan muntah usai menyantap makanan MBG, Senin (21/4/2025).
Penyelidikan laboratorium menemukan adanya bakteri Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Salmonella sp. dalam wadah makanan. Pemerintah daerah bahkan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas insiden ini.
Di luar Jawa, puluhan siswa SD Negeri 33 Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara, juga mengalami gejala keracunan. Dinas Kesehatan menduga penyebabnya berasal dari ayam busuk dalam menu MBG. Kepala Dinkes Bombana, Darwis, mengkritik mekanisme penyediaan MBG yang dinilai minim pengawasan dari instansi teknis.
Kasus lain terjadi di SD Wonorejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kepala sekolah dan dua siswa mengalami gejala diare dan sakit perut setelah menyantap menu MBG. Diduga, kuah soto menjadi basi karena dibungkus dalam kondisi panas sejak pagi.
Menyikapi rentetan kejadian tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhaimin Iskandar, meminta Kementerian Kesehatan segera mengusut sumber keracunan.
“Harus dicek sumber utamanya, tolong kepada Kementerian Kesehatan mengecek secara menyeluruh,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Ketua DPR RI, Puan Maharani, juga menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap pengadaan dan distribusi makanan MBG. Ia menekankan pentingnya pengawasan ketat oleh Badan Gizi Nasional (BGN), demi menjamin keamanan dan kualitas pangan bagi pelajar.
“DPR akan terus mengawal agar program MBG benar-benar memberikan manfaat dan melindungi anak-anak sebagai SDM unggul masa depan,” tuturnya.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta penyelenggara program MBG meningkatkan kehati-hatian.
“Penyelenggara harus lebih teliti dan bertanggung jawab atas distribusi makanan kepada anak-anak,” tegasnya.
Program MBG menjadi bagian dari agenda prioritas pemerintah untuk meningkatkan gizi anak dan menekan angka stunting.
Namun, dengan meningkatnya kasus keracunan, sejumlah pihak mendesak perbaikan sistem logistik, pemenuhan standar higiene sanitasi, serta peningkatan pengawasan terhadap pihak penyedia makanan.
Hingga berita ini diturunkan, sebagian besar sampel makanan dari kasus-kasus keracunan masih dalam proses uji laboratorium. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah korektif guna mengembalikan kepercayaan publik terhadap program makan gratis ini. []
Nur Quratul Nabila A