Rusia Isyaratkan Kesiapan Damai, Ukraina Meragukan Ketulusannya

MOSKOW – Pemerintah Rusia kembali mengisyaratkan kesiapan untuk menggelar pembicaraan damai tanpa prasyarat dengan Ukraina. Namun, respons diam dari Kyiv atas serangkaian tawaran tersebut memunculkan keraguan di kalangan pejabat Kremlin.
Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, pada Selasa (29/4/2025) menyatakan bahwa Presiden Vladimir Putin telah berulang kali menyampaikan kesiapan untuk memulai proses negosiasi secara langsung, tetapi belum mendapat tanggapan dari pemerintah Ukraina.
“Justru Presiden Putin yang berulang kali menyampaikan bahwa Rusia siap, tanpa prasyarat, untuk memulai proses negosiasi,” kata Peskov, dikutip dari Reuters.
“Namun, kami belum mendengar tanggapan dari rezim Kyiv hingga saat ini.”
Pernyataan tersebut disampaikan sehari setelah Presiden Putin mengumumkan secara sepihak gencatan senjata selama tiga hari, yakni pada 8 hingga 10 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia mempertanyakan niat Moskow dan menyebut usulan itu tidak cukup untuk menyelamatkan nyawa sipil yang terjebak di wilayah konflik.
“Kami menghargai nyawa manusia, bukan parade,” tegas Zelensky dalam pernyataannya.
Ia juga mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari penuh yang berlaku segera, namun belum disetujui oleh pihak Rusia.
Sikap skeptis Ukraina berakar pada sejarah pelanggaran kesepakatan gencatan senjata sejak awal invasi besar-besaran Rusia ke wilayah Ukraina pada Februari 2022. Beberapa perjanjian sebelumnya kandas di tengah jalan akibat saling tuding pelanggaran antara kedua pihak.
Peskov pun mengakui belum ada kejelasan apakah Ukraina akan bergabung dalam gencatan senjata tersebut. “Sangat sulit untuk memahami apakah Ukraina berniat bergabung dengan gencatan senjata itu atau tidak,” ujarnya.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina masih tinggi, dengan komunikasi diplomatik yang terbatas dan kepercayaan yang kian menipis. Meskipun Moskow mengklaim membuka pintu bagi jalur diplomasi, perkembangan di medan tempur menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang dan terjal. []
Nur Quratul Nabila A