Rusia Kembangkan Sistem Nuklir Tanpa Batas Bahan Bakar

MOSKOW – Rusia kembali menegaskan ambisi besarnya di panggung energi global. Presiden Vladimir Putin mengumumkan rencana peluncuran sistem energi nuklir pertama di dunia dengan siklus bahan bakar tertutup pada 2030. Terobosan ini diklaim akan menjadi solusi revolusioner untuk mengatasi keterbatasan cadangan uranium yang diprediksi habis pada pertengahan abad ini.

Deklarasi itu disampaikan dalam Forum Atom Global, Kamis (25/09/2025), bagian dari rangkaian World Atomic Week (WAW) 2025 yang berlangsung di Moskow. Acara ini dihadiri pemimpin sejumlah negara, termasuk Presiden Belarus Alexander Lukashenko, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, dan Wakil Presiden Iran Mohammad Eslami. Hadir pula Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi serta Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia Sama Bilbao y Leon.

Putin menyebut laporan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang memperkirakan cadangan uranium global sebesar 8 juta ton bisa habis paling cepat pada 2060. “Artinya, semua terjadi sangat cepat, tepat di depan mata kita,” ujarnya.

Untuk menjawab tantangan itu, Rusia tengah menyiapkan reaktor generasi baru dengan siklus bahan bakar tertutup. Teknologi ini memungkinkan 90 persen bahan bakar bekas digunakan kembali berulang kali, sehingga mengurangi limbah radioaktif sekaligus meniadakan persoalan ketersediaan uranium. Uji material canggih untuk program ini dilakukan di Pusat Penelitian Internasional Ulyanovsk, yang juga akan terbuka bagi ilmuwan asing. “Kami mengundang para ilmuwan dari berbagai negara untuk berkolaborasi,” kata Putin.

Dalam forum tersebut, Putin menegaskan PLTN buatan Rusia unggul dalam aspek keamanan, efisiensi, serta ramah lingkungan. Ia menilai energi nuklir semakin relevan di era meningkatnya konsumsi listrik, terutama akibat melonjaknya kebutuhan pusat data. “PLTN merupakan sumber utama energi bersih dan rendah karbon. PLTN mengungguli sumber energi lain dalam hal harga, keramahan lingkungan, dan kemampuan menyediakan daya yang stabil,” tegasnya.

Sementara itu, Grossi menekankan bahwa proyek nuklir internasional harus berjalan dengan prinsip keselamatan, kepatuhan, serta manfaat nyata bagi negara berkembang. “Tidak akan ada risiko dalam hal proliferasi nuklir, keselamatan nuklir, dan semua harus sesuai standar tertinggi,” katanya.

Sejalan dengan itu, Bilbao y Leon menilai energi nuklir kini tak lagi sekadar opsi, melainkan komponen penting dalam bauran energi dunia. “Pertanyaannya bukan lagi apakah energi nuklir bagian dari puzzle. Pertanyaannya adalah seberapa banyak, seberapa cepat, dan bagaimana kita memanfaatkannya,” ujarnya.

Dengan ambisi melipatgandakan kapasitas nuklir global pada 2050, Rusia berupaya memposisikan diri sebagai motor utama perubahan. Putin menegaskan, negaranya tidak berniat menjadi “kolonialis teknologi”, melainkan ingin memberdayakan mitra membangun kedaulatan energi melalui transfer teknologi, pelatihan SDM, hingga pengelolaan limbah.

Langkah ini mempertegas Rusia tidak hanya sekadar mempertahankan warisan 80 tahun industri nuklirnya, tetapi juga memimpin arah baru energi global yang lebih berkelanjutan. []

Diyan Febriana Citra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *