Rusia Tanggapi Hati-Hati Keputusan Trump Hidupkan Uji Coba Nuklir

MOSKOW – Pemerintah Rusia memberikan tanggapan berhati-hati atas keputusan mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir setelah moratorium selama lebih dari tiga dekade. Meskipun Rusia menegaskan tidak melakukan uji coba senjata nuklir, pihaknya menyatakan akan menyesuaikan langkah jika Amerika benar-benar melakukannya.

Trump, dalam pernyataannya, menginstruksikan Pentagon untuk melanjutkan program uji coba nuklir AS dengan alasan negara-negara lain juga telah melakukannya. “Karena negara-negara lain sedang menguji program, maka AS akan memulai uji coba senjata nuklir kita atas dasar yang sama,” ujar Trump, seraya menegaskan bahwa proses tersebut “akan segera dimulai.”

Pernyataan itu disampaikan tak lama setelah Rusia mengumumkan uji coba dua sistem senjata mutakhir: rudal jelajah Burevestnik dan drone bawah laut Poseidon, keduanya memiliki kemampuan bertenaga nuklir. Langkah ini memicu spekulasi tentang dimulainya kembali perlombaan senjata nuklir global yang telah lama diredam.

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa Rusia belum mengetahui adanya negara mana pun yang benar-benar melakukan uji coba nuklir aktif seperti yang diklaim Trump. “Saat ini sedang berlaku moratorium (uji coba nuklir),” kata Peskov kepada media Rusia, Jumat (31/10/2025). “Dalam pernyataannya, Presiden Trump menyebutkan bahwa negara-negara lainnya sedang terlibat dalam uji coba senjata nuklir. Hingga saat ini, kami tidak mengetahui negara mana pun yang sedang melakukan uji coba tersebut,” imbuhnya.

Peskov juga menegaskan bahwa Rusia belum menerima pemberitahuan resmi dari Washington mengenai perubahan kebijakan uji coba senjata nuklir. Ketika ditanya apakah pernyataan Trump dapat memicu babak baru perlombaan senjata nuklir, Peskov menjawab singkat, “Tidak juga.”

Ia menambahkan bahwa uji coba Burevestnik dan Poseidon yang dilakukan Rusia baru-baru ini tidak termasuk dalam kategori uji coba nuklir. “Jika (Trump) dengan cara tertentu menyebut uji coba Burevestnik sebagai uji coba nuklir yang dilakukan negara lain, maka itu sama sekali tidak akurat. Semua negara terus mengembangkan sistem pertahanan mereka, tetapi ini bukan merupakan uji coba nuklir,” tegasnya.

Presiden Vladimir Putin sebelumnya telah menegaskan bahwa Rusia akan tetap menghormati moratorium uji coba nuklir selama negara lain melakukan hal yang sama. “Jika seseorang melanggar moratorium, Rusia akan bertindak sesuai dengan itu,” ujar Peskov mengutip pernyataan Putin.

Sejak era pasca-Soviet, Rusia belum pernah melakukan uji coba nuklir. Uji coba terakhir Uni Soviet terjadi pada tahun 1990, sementara Amerika Serikat menghentikan uji coba nuklirnya pada 1992, dan Tiongkok pada 1996.

Keputusan Trump untuk mengaktifkan kembali program uji coba nuklir menandai potensi perubahan besar dalam kebijakan keamanan global. Langkah tersebut dipandang sebagian kalangan sebagai upaya memperkuat posisi militer AS, namun juga dikhawatirkan dapat mengguncang stabilitas strategis yang selama ini dijaga melalui perjanjian internasional seperti Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT). []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *