Rusia Tangkap Dua Tersangka Kasus Vodka Palsu Mematikan

MOSKOW – Tragedi miras oplosan kembali mengguncang Rusia setelah sedikitnya 19 orang dilaporkan meninggal dunia akibat mengonsumsi vodka palsu di Distrik Slantsevsky, wilayah Leningrad, sepanjang September 2025. Otoritas setempat bergerak cepat dengan menahan dua orang yang diduga sebagai pemasok utama dalam kasus ini.
Kementerian Dalam Negeri Rusia, pada Jumat (26/09/2025), menyatakan kedua tersangka didakwa memperdagangkan minuman beralkohol ilegal serta memasok bahan untuk pembuatan vodka oplosan. Mereka adalah Nikolai Boytsov (79), warga Desa Gostitsy, dan Olga Stepanova (60), seorang guru taman kanak-kanak.
Boytsov dituduh menjual vodka palsu kepada masyarakat sekitar. Nama pria lanjut usia ini bukan kali pertama muncul dalam kasus serupa, sebab pada 2019 ia pernah dijatuhi denda karena menjual alkohol oplosan. Sementara itu, Stepanova diduga sebagai pemasok alkohol mentah yang kemudian digunakan Boytsov untuk memproduksi minuman berbahaya tersebut.
Jaksa setempat telah membuka penyelidikan pidana dengan dakwaan menyebabkan kematian karena kelalaian. Hasil pemeriksaan awal mengungkap bahwa sebagian minuman yang diproduksi kedua tersangka mengandung metanol, zat kimia beracun yang biasa digunakan untuk industri. Delapan korban dilaporkan mengalami keracunan serius, sementara satu orang masih bertahan dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Fenomena minuman oplosan bukanlah hal baru di Rusia. Negara ini memiliki sejarah panjang tragedi alkohol palsu yang merenggut ratusan nyawa. Pada Agustus 2025, misalnya, sedikitnya 12 turis tewas di Sochi setelah menenggak minuman tradisional Chacha yang ternyata mengandung metanol. Dua perempuan, Olesya (31) dan Eteri (71), kini sedang menjalani proses pengadilan atas tuduhan mengedarkan minuman beracun tersebut.
Pakar menilai, peredaran alkohol oplosan terus terjadi karena adanya kombinasi faktor sosial-ekonomi. Harga minuman legal, terutama vodka, meningkat tajam sejak Rusia terjerat konflik berkepanjangan dengan Ukraina. Di sisi lain, penyulingan ilegal di wilayah pedesaan tumbuh subur, memanfaatkan keterbatasan akses masyarakat terhadap minuman resmi.
Menyikapi tren berulang ini, Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan peringatan nasional. Pihak berwenang mengimbau warga agar berhati-hati dan tidak membeli alkohol dari sumber yang tidak jelas. “Kami mengingatkan masyarakat untuk hanya membeli produk resmi demi keselamatan diri,” bunyi pernyataan kementerian.
Kasus di Leningrad menambah daftar panjang tragedi akibat vodka oplosan. Penahanan Boytsov dan Stepanova diharapkan menjadi peringatan keras bagi jaringan pembuat alkohol ilegal, meski tantangan terbesar tetap pada bagaimana menghentikan rantai distribusi minuman beracun yang terus memakan korban. []
Diyan Febriana Citra.