SALATIGA Perkenalkan Kesenian Lokal Melalui Festival Drumblek
JAWA TENGAH – Dalam rangka semakin mengenalkan kesenian lokal, Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga dan DPRD Kota Salatiga menggelar festival drumblek.
Kegiatan yang digelar diharapkan kesenian khas Kota Salatiga itu semakin berkembang di kancah nasional. Penjabat Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, mengatakan, drumblek sebagai kesenian musik bisa dikolaborasikan dengan tari dapat terus berkembang dan dapat dikolaborasikan Tari Bulkeo yang juga tarian khas Kota Salatiga. Sehingga nantinya lebih menarik sebagai hiburan. Diakuinya, Festival Drumblek 2024 digelar dalam rangka menyambut HUT Kota Salatiga 2024. Kesenian Drumblek juga diharapkan dapat menjadi sajian utama pada puncak peringatan HUT Provinsi Jateng yang digelar di Kota Salatiga mendatang.
“Kita punya kalender event di Kota Salatiga, salah satunya adalah festival drumblek ini. Semoga festival ini dapat berkembang dan diakui secara nasional. Di Jawa Tengah terdapat tujuh festival tahunan, harapan saya dua atau tiga tahun lagi festival drumblek ini dapat menjadi salah satu dari festival tahunan yang diselenggarakan di tingkat provinsi,” kata Yasip kepada SOLOPOSJATENG, Minggu (19/5/2024).
Yasip melihat bentuk kesenian drumblek yang disajikan masih asli, sehingga beliau mengimbau agar seniman drumblek dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan bentuk kesenian lainnya agar lebih artistik.
“Semoga drumblek makin bagus dan dapat dikolaborasikan dengan kesenian lain seperti tari Bulkeo di tingkir,” harap Yasip. Yasip menyebut, tari Bulkeo merupakan tarian yang dikembangkan di wilayah Kecamatan Tingkir. Tarian ini merupakan warisan dari pasukan Pangeran Diponegoro yang ditangkap oleh Belanda di Magelang, dan kini tarian ini dipelajari dan dikembangkan sebagai salah satu tarian khas Kota Salatiga.
“Saat itu, ketika Pangeran Diponegoro akan berunding dengan Belanda, terdapat satu syarat bahwa pasukan Diponegoro harus berjarak satu malam dari tempat perundingan, maka Kota Salatiga merupakan lokasi yang dipilih untuk menempatkan pasukan. Berawal dari pasukan inilah tarian Bulkeo muncul di Kota Salatiga. Jika Drumblek dan Bulkeo dapat berkolaborasi maka akan terwujud kesenian khas, yang merupakan warisan budaya tak benda dari Kota Salatiga,” jelas Yasip.
Ketua Panitia Festival Drumblek, Nono Rohana menyampaikan bahwa pada festival kali ini peserta dibatasi hanya 10 grup. Dia berharap tahun berikutnya jumlah peserta dapat ditambah sehingga semakin ramai dan meriah.
“Kami tidak bisa mengundang lebih banyak peserta tahun ini karena keterbatasan sarana. Bersama Disbudpar kami hanya mengundang 10 grup, kami mohon maaf karena tidak dapat mengakomodir lebih banyak grup. Semoga tahun depan dapat lebih ramai dengan peserta yang lebih banyak,” kata Nono. []
Nur Quratul Nabila A