Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Tapteng

TAPANULI TENGAH — Suasana duka menyelimuti Desa Mardame, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, setelah tanah longsor menelan korban jiwa satu keluarga. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (25/5/2025) dini hari itu mengakibatkan empat orang meninggal dunia, terdiri atas seorang ibu dan tiga anaknya.

Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa insiden longsor terjadi di Dusun 1, Desa Mardame, ketika sebagian besar warga masih tertidur. Material tanah dari tebing belakang rumah korban tiba-tiba ambrol dan menghantam bagian belakang rumah. “Peristiwa tragis ini menyebabkan empat warga yang merupakan satu keluarga meninggal dunia,” demikian keterangan yang dibagikan melalui Facebook resmi Polres Tapteng.

Kepala Desa Mardame menjadi orang pertama yang menyadari adanya kejanggalan. Ia curiga melihat rumah keluarga Poliman Lumbantobing tertutup rapat tanpa aktivitas. Selain itu, tampak bekas longsoran dari area perbukitan yang berada di belakang hunian mereka. Kecurigaan tersebut mendorong dirinya bersama sejumlah warga melakukan pengecekan.

Pintu rumah ditemukan terkunci dari dalam, memaksa warga mendobrak untuk memastikan keadaan penghuni. Begitu pintu berhasil dibuka, mereka terkejut menemukan salah satu kamar tertimbun material tanah bercampur batu dan kayu. Dari ruangan itu, keberadaan para korban akhirnya ditemukan dalam keadaan tertimbun.

Korban tewas diidentifikasi sebagai Dewi Hutabarat (33) dan ketiga anaknya, yakni Tio Arta Rouli Lumbantobing (7), pelajar sekolah dasar, Vania Aurora Lumbantobing (4), serta Ilona Lumbantobing (3). Sementara sang kepala keluarga, Poliman Lumbantobing (37), selamat karena sedang bekerja sebagai sopir angkutan luar kota dan tidak berada di rumah saat kejadian.

Warga setempat bersama aparat gabungan dari BPBD dan kepolisian segera melakukan evakuasi korban. Proses evakuasi berlangsung cukup sulit mengingat material longsor menutup sebagian struktur rumah. Korban dievakuasi mulai sekitar pukul 07.00 WIB.

Bencana ini menggambarkan kerentanan wilayah Tapanuli Tengah terhadap ancaman bencana alam, terutama pada musim penghujan. Topografi perbukitan dan pemukiman yang berada di sekitar lereng menjadi faktor pemicu potensi longsor. Peristiwa tersebut sekaligus menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana, terutama bagi warga yang tinggal di tepi lereng.

Selain evakuasi, aparat setempat juga memberikan bantuan psikologis dan dukungan kepada keluarga korban serta warga sekitar. Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan evaluasi tata ruang dan memperkuat sistem peringatan dini untuk mencegah jatuhnya korban di kemudian hari.

Peristiwa ini meninggalkan kepedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat desa yang selama ini dikenal sebagai komunitas yang saling menjaga. Duka nasional pun mengalir melalui berbagai platform media sosial sebagai bentuk solidaritas. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *